Wikipedia

Hasil penelusuran

Senin, 13 Mei 2013

URGENSI MEMPELAJARI TEORI BELAJAR


Pendahuluan. 

          Manusia memperoleh sebagaian besar dari kemampuannya melalui belajar. Belajar adalah suatu peristiwa yang terjadi didalam kondisi-kondisi tertentu yang dapat diamati, diubah dan dikontrol (Robert M. Gagne, 1977). Kemampuan manusia yang dikembangkan melalui belajar yaitu pertama; ketrampilan intelektual, informasi verbal, strategi kognitif,ketrampilan motorik, dan sikap. Pendidik dituntut untuk menyediakan kondisi belajar untuk peserta didik untukmencapai kemampuan-kemampuan tertentu yang harus dipelajari oleh subyek didik.
         Didalam kehidupan,  manusia tidak bisa terlepas dari belajar, karena dengan belajar manusia menjadi mengerti dan paham tentang hal – hal yang sebelumnya belum merekaketahui. Belajar merupakan  suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dalam lingkungan. Belajar memegang peranan penting di dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian dan persepsi manusia. Oleh karena itu seseorang harus menguasai prinsip – prinsip dasar belajar agar mampu memahami bahwa aktivitas belajar itu memegang peranan penting dalam psikologis dan kehidupan yang lebih baik di masa yang akan datang.
         Dalam psikologi dan pendidikan , pembelajaran secara umum didefinisikan sebagai suatu proses yang menyatukan kognitif, emosional, dan lingkungan pengaruh dan pengalaman untuk memperoleh, meningkatkan, atau membuat perubahan suatu pengetahuan , keterampilan, nilai, dan pandangan dunia (Illeris, 2000; Ormorod, 1995).
        Belajar sebagai suatu proses berfokus pada apa yang terjadi ketika belajar berlangsung. Penjelasan tentang apa yang terjadi merupakan teori-teori belajar.  Teori belajar adalah upaya untuk menggambarkan bagaimana orang dan hewan belajar, sehingga membantu kita memahami proses kompleks inheren pembelajaran. (Wikipedia)
        Perubahan perilaku yang merupakan hasil dari proses belajar dapat berwujud : perilaku yang tampak (overt behavior) dan perilaku yang tidak tampak (inner behavior). Perilaku yang tampak misalnya menulis, memukul, menendang. Sedangkan perilaku yang tidak tampak misalnya : berfikir, bernalar dan berkhayal. Untuk itu, agar aktivitas belajar dapat mencapai hasil belajar yang optimal, maka stimulus atau proses belajar untuk peserta didik harus dirancang secara matang, menarik, dan spesifik sehingga peserta didik mudah memahami dan merespon positif materi yang diberikan. Meskipun pengajar sudah merancang sedemikian rupa kadang masih sulit untuk peserta didik dalam mengerti dan paham pada materi yang diberikan. Oleh karena itu seorang guru atau fasilitator  harus mampu menggunakan berbagai cara agar peserta didik mampu memahami apa yang sudah diberikan oleh pengajar melalui pengalaman belajar.

Macam-macam Teori Belajar
       Ada tiga kategori utama atau kerangka filosofis mengenai teori-teori belajar, yaitu: teori belajar Behaviorisme, teori belajar Kognitivisme, dan teori belajar Konstruktivisme.      
       Menurut teori behavioristik belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman (Gage, Berliner, 1984) .Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon (Slavin, 2000). 
Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon.  Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut.  Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur.Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh siswa (respon) harus dapat diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.
        Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Begitu pula bila respon dikurangi/dihilangkan (negative reinforcement) maka responpun akan semakin kuat. Teori belajar behaviorisme hanya berfokus pada aspek objektif yang diamati dalam pembelajaran. 
        Sedangkan belajar menurut aliran kognitisme adalah suatu proses usaha yang melibatkan aktivitas mental yang terjadi dalam diri manusia sebagai akibat dari proses interaksi aktif dengan lingkungannya untuk memperoleh suatu perubahan . Menurut teori belajar kognitivisme, belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik.  Pada dasarnya Istilah “Cognitive” berasal dari kata cognition artinya adalah pengertian atau  mengerti. Pengertian  luasnya cognition (kognisi) adalah perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan. istilah kognitif ini menjadi populer sebagai salah satu wilayah psikologi manusia. Menurut ahli jiwa aliran kognitisme tingkah laku seseorang itu senantiasa didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi. Teori belajar kognitiv lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajar itu sendiri. Belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon, lebih dari itu belajar melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks.Belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman. Perubahan persepsi dan pemahaman tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang bisa diamati.
         Sedangkan teori-teori baru dalam psikologi pendidikan dikelompokkan kedalam teori pembelajaran konstruktivis (constructivist theories of learning). Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang tebatas. Konstruktivisme lebih memahami belajar sebagai kegiatan manusia membangun atau menciptakan pengetahuan dengan memberi makna pada pengetahuannya sesuai dengan pengalamannya.
        Konstruktivisme adalah sebuah teori yang memberikan kebebasan terhadap manusia yang ingin belajar dan mencari kebutuhannya dengan kemampuan untuk menemukan keinginan dan kebutuhannya tersebut dengan bantuan fasilitas orang lain. Sehingga dapat disimpulkan bahwa teori  belajar konstruktivisme adalah teori yang memberikan keaktifan terhadap manusia untuk belajar menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan atau teknologi, dan hal lain yang diperlukan guna mengembangkan dirinya sendiri. 

Manfaat Teori Belajar Bagi Guru
1. Membantu guru memahami bagaimana siswa belajar
2. Membantu prpses belajar agar lebih efektif, efisien dan produktif
3. Membimbing guru untuk merancang dan merencanakan proses pembelajarannya
4. Menjadi panduan guru untuk mengelola kelas
5. Membantu guru untuk mengevaluasi proses, perilaku guru sendiri serta hasil belajar siswa. 
6. Membantu guru dalam memberikan dukungan dan bantuan kepada siswa sehingga dapat mencapai prestasi maksimal. 

Hal hal Yang Harus Diketahui dalam Teori Belajar
1. Konsep dasar teori tersebut serta ciri ciri dan persyaratan yang melingkupinya.
2. Bagaimana sikap dan peran guru jika teori tersebut diterapkan.
3. faktor faktor lingkungan ( alat, fasilitas, suasana ) apa yang perlu diupayakan untuk mendorong proses pembelajaran.
4. Tahapan apa saja yang dilakukan guru untuk melaksanakan proses pembelajaran
5. Apa yang dilakukan siswa dalam proses belajarnya.

Beberapa  Faktor  Yang Harus  Dipertimbangkan  Dalam Mengkritisi  Teori  Belajar.
1. Mengenali tokoh, perjalanan dan proses akademik yang ditempuh serta perjuangan yang ditempuh untuk menghasilkan teori belajar yang dikemukakannya.
2. Memahamai konteks generasi, situasi zaman atau yang melatar belakangi peristiwa kelahiran teori teori belajar tersebut.
3. Proses kekinian dari teori tersebut dalam perkembangannya.

Perbedaan Teori Belajar dan Pembelajaran
        Perbedaan Teori Belajar dan Teori Pembelajaran yaitu bahwa teori belajar adalah deskriptif, sedangkan teori pembelajaran adalah preskriptif. Artinya teori belajar mendeskripsikan terjadinya proses belajar, sedangkan teori pembelajaran mempreskripsikan strategi atau metode pembelajaran yang optimal untuk memudahkan proses belajar. Teori belajar menaruh perhatian pada hubungan diantara variabel-variabel yang menentukan hasil belajar. Ia menaruh perhatian pada “bagaimana seseorang belajar”. Teori pembelajaran sebaliknya menaruh perhatian pada “bagaiman seseorang mempengaruhi orang lain agar terjadi hal belajar”. Dengan kata lain teori pembelajaran berurusan dengan upaya mengontrol variabel-variabel dispesifikasikan dalam teori belajar agar dapat memudahkan belajar.

Perbedaan antara teori belajar dan pembelajaran dapat digambarkan dalam tabel dibawah ini :


No
Teori Belajar
Teori Pembelajaran
1
Tujuan utamanya memerikan proses belajar
Tujuan utamanya menetapkan metode pengajaran yang optimal
2
Menaruh perhatian pada bagaimana seseorang belajar
Menaruh perhatian pada bagaimana seseorang mempengaruhi orang lain agar terjadi hal belajar
3
Berfokus pada hubungan diantara variable variable yang menentukan hasil belajar
Berfokus pada upaya mengontrol variable variable yang dispesifikasi dalam teori belajar agar dapat memudahkan belajar
4
Tidak berhubungan dengan metode pembelajaran
Selalu menyebutkan metode pembelajaran
5
Penelitian dilakukan oleh ilmuwan karena merupakan penelitian dasar
Penelitian dasar dilakukan oleh ilmuwan dan penelitian terapan dilakukan oleh teknolog
6
Mengungkapkan hubungan kegiatan si belajar dengan proses proses psikologis dalam diri si belajar (mengungkapkan hubungan antar fenomena yang ada dalam diri si belajar)
Mengungkapkan hubungan antara kegiatan pembelajaran dengan proses proses psikologi dalam diri si belajar
7
Salah satu contoh teori belajar adalah  Teori apersepsi yang menganggap belajar merupakan suatu proses terasosiasinya gagasan gagasan baru  dengan gagasan gagasan lama yang sudah membentuk pikiran
Contoh teori pembelajaran: teori elaborasi yang dihasilkan dari pengujian keefktifan strategi pengorganisasian pengajaran



DAFTAR PUSTAKA :

Dimyati. Mujiyono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rieneka Cipta.

Gredler, Margaret E. Bell. 1991. Belajar dan membelajarkan. Jakarta : C.V. Rajawali

Tri Anni, Catharina.2007.Psikolgi Belajar.Semarang: UNNES Press.

Psikologi Belajar: Drs. H. Abu Ahmadi dan Drs. Widodo Supriyono

Tugas Mahasiswa Teori Belajar Kognitivisme


TEORI BELAJAR
KOGNITIVISME


Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teknologi Pendidikan


Disusun Oleh :
Fatchul Jawad 02 9362
Heri Nuraini   02 9364

Semester VI PC



JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MAMBA'UL ULUM SURAKARTA
2013


Teori Belajar Kognitivisme
Pengertian Kognitivisme
Istilah“Cognitive” berasal dari kata cognition artinya adalah pengertian, mengerti. Pengertian  yang lebih luas cognition (kognisi) adalah perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan. Kognisi adalah kemampuan psikis atau mental manusia yang berupa mengamati, melihat,menyangka, memperhatikan, menduga dan menilai. Dengan kata lain, kognisi menunjuk pada konsep tentang pengenalan. Teori kognitif menyatakan bahwa proses belajar terjadi karena ada variabel penghalang pada aspek-aspek kognisi seseorang.
Teori belajar kognitif lebih menekankan pada belajar merupakan suatu proses yang terjadi dalam akal pikiran manusia. Pada dasarnya belajar adalah suatu proses usaha yang melibatkan aktivitas mental yang terjadi dalam diri manusia sebagai akibat dari proses interaksi aktif dengan lingkungannya untuk memperoleh suatu perubahan dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, tingkah laku, ketrampilan dan nilai sikap yang bersifat relatif dan berbekas.
Ciri-ciri Aliran Kognitivisme
Mementingkan apa yang ada dalam diri manusia
Mementingkan keseluruhan dari pada bagian-bagian
Mementingkan peranan kognitif
Mementingkan kondisi waktu sekarang
Mementingkan pembentukan struktur kognitif
Belajar kognitif ciri khasnya terletak dalam belajar memperoleh dan mempergunakan bentuk-bentuk reppresentatif yang mewakili obyek-obyek itu di representasikan atau di hadirkan dalam diri seseorang melalui tanggapan, gagasan atau lambang, yang semuanya merupakan sesuatu yang bersifat mental, misalnya seseorang menceritakan pengalamannya selama mengadakan perjalanan keluar negeri, setelah kembali kenegerinya sendiri. Tampat-tempat yang dikunjuginya selama berada di lain negara tidak dapat diabawa pulang, orangnya sendiri juga tidak hadir di tempat-tempat itu. Pada waktu itu sedang bercerita, tetapi semulanya tanggapan-tanggapan, gagasan dan tanggapan itu di tuangkan dalam kata-kata yang disampaikan kepada orang yang mendengarkan ceritanya.

Tokoh-tokoh aliran kognitivisme
Teori Perkembangan Kognitif, dikembangkan oleh Jean Piaget.
Teorinya memberikan banyak konsep utama dalam lapangan psikologi perkembangan dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan. Menurut Piaget, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru.  Guru  hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan. Tahap perkembangan kognitif peserta didik ada empat tahapan, yaitu:
Tahap sensori-motor dari lahir hingga 2 tahun. Anak mengalami dunianya melalui gerak dan inderanya serta mempelajari permanensi obyek. Seorang anak sedikit demi sedikit mengembangkan kemampuannya untuk membedakan dirinya dengan bena-benda lain.
Tahap pra-operasional dari 2 hingga 7 tahun. Anak mulai memiliki kecakapan motorik.Pada masa ini anak menjadi pusat tunggal yang mencolok dari suatu obyek. Misalnya seorang anak melihat benda cair yang sama banyak tetapi yang sat berada dalam gelas panjang dan satu lagi berada di cawan datar, dia akan mengatakan bahwa air di gelas lebih banyak dari pada air di cawan datar.
Tahap operasional konkret dari 7 hingga 11 tahun. Anak mulai berpikir secara logis tentang kejadian-kejadian konkret. Anak sudah dapat membedakan benda yang sama dalam kondisi yang berbeda.
Tahap operasional formal setelah usia 11 tahun. Pada masa ini anak mulai memasuki dunia “kemungkinan” dari dunia yang sebenarnya atau anak mengalami perkembangan penalaran abstrak.
Kecepatan perkembangan setiap individu melalui urutan setiap tahap tersebut berbeda dan tidak ada individu yang melompati salah satu dari tahap tersebut. Tiap tahap ditandai dengan munculnya kemampuan-kemampuan intelektual baru yang memungkinkan orang memahami dunia dengan cara yang semakin kompleks . Hal ini berarti bahwa perkembangan kognitif seseorang merupakan suatu proses genetik. Artinya, perkembangan kognitif merupakan proses yang didasarkan atas mekanisme biologis dari perkembangan sistem syaraf. Semakin bertambah umur seseorang, maka semakin kompleks susunan sel syarafnya dan semakin meningkat pula kemampuannya.
Berdasarkan hal tersebut Jean Piaget berpandangan bahwa pada dasarnya setiap individu sejak kecil sudah memiliki kemampuan untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Pengetahuan yang dikonstruksi oleh anak sebagai subyek, maka akan menjadi pengetahuan yang bermakna; sedangkan pengetahuan yang hanya diperoleh melalui proses pemberitahuan tidak akan menjadi pengetahuan yang bermakna. Pengetahuan tersebut hanya untuk diingat sementara, setelah itu dilupakan .
Kaitannya dengan proses belajar, Piaget membagi proses belajar menjadi tiga tahapan, yaitu asimilasi, akomodasi, dan equilibrasi. Asimilasi adalah proses penyatuan (pengintegrasian) informasi baru ke struktur kognitif yang sudah ada dalam benak peserta didik. Akomodasi adalah proses penyesuaian struktur kognitif dalam situasi yang baru. Sedangkan equilibrasi adalah proses penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi.
Apabila seseorang menerima informasi atau pengalaman baru, informasi tersebut akan dimodifikasi sesuai dengan struktur kognitif yang telah dimilikinya. Proses ini disebut asimilasi. Sebaliknya, apabila struktur kognitif yang harus disesuaikan dengan informasi yang diterima, maka hal ini disebut akomodasi.
Teori Perkembangan Kognitif, dikembangkan oleh Bruner.
Salah satu teori belajar kognitif yang sangat berpengaruh adalah teori Jerome Bruner yang dikenal dengan belajar penemuan (discovery learning). Bruner menganggap bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia, dan dengan sendirinya memberi hasil yang paling baik. Berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna. Selain itu, Burner juga melihat perkembangan kognitif manusia berkaitan dengan kebudayaan. Bagi Bruner, perkembangan kognitif seseorang sangat dipengaruhi oleh lingkungan kebudayaan, terutama bahasa yang biasanya digunakan.
Menurut Bruner, belajar akan lebih bermakna bagi peserta didik jika mereka memusatkan perhatiannya untuk memahami struktur materi yang dipelajari. Untuk memperoleh struktur informasi, peserta didik harus aktif di mana mereka harus mengidentifikasi sendiri prinsip-prinsip kunci dari pada hanya sekedar menerima penjelasan dari guru. Oleh karena itu guru harus memunculkan masalah yang mendorong peserta didik untuk melakukan kegiatan penemuan .
Selain ide tentang belajar penemuan (discovery learning), Bruner juga  berbicara tentang adanya pengaruh kebudayaan terhadap tingkah laku seseorang. Bruner menyatakan bahwa perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui tiga tahap yang ditentukan oleh caranya melihat lingkungan.Pertama, tahap enaktif, dimana individu melakukan aktifitas dalam upaya memahami lingkungannya.Kedua, tahap ekonit, dimana individu melihat dunia melalui gambar-gambar dan visualisasi verbal.Ketiga,tahap  simbolik, dimana individu mempunyai gagasan abstrak yang banyak dipengaruhi bahasa dan logika berpikirnya. Komunikasi dalam hal ini dilakukan dengan pertolongan sistem simbol .
Lebih lanjut, Bruner untuk mengajar sesuatu tidak usah ditunggu sampai anak mancapai tahap perkembangan tertentu. Yang penting bahan pelajaran harus ditata dengan baik maka dapat diberikan padanya. Dengan lain perkataan perkembangan kognitif seseorang dapat ditingkatkan dengan jalan mengatur bahan yang akan dipelajari dan menyajikannya sesuai dengan tingkat perkembangannya. Penerapan teori Bruner yang terkenal dalam dunia pendidikan adalah kurikulum spiral dimana materi pelajaran yang sama dapat diberikan mulai dari Sekolah Dasar sampai Perguruan tinggi disesuaikan dengan tingkap perkembangan kognitif mereka. Cara belajar yang terbaik menurut Bruner ini adalah dengan memahami konsep, arti dan hubungan melalui proses intuitif kemudian dapat dihasilkan suatu kesimpulan. (discovery learning).
Teori Perkembangan Kognitif, dikembangkan oleh David P. Ausubel
Menurut David P. Ausubel, secara umum kelemahan teori belajar adalah menekankan pada belajar asosiasi atau menghafal, dimana materi asosiasi dihafal secara arbitrase. Padahal, belajar seharusnya merupakan asimilasi yang bermakna.Materi yang dipelajari diasimilasikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki dalam struktur kognitifnya.
Ausubel memisahkan antara belajar bermakna dengan belajar menghafal. Ketika seorang peserta didik melakukan belajar dengan menghafal, maka ia akan berusaha menerima dan menguasai bahan yang diberikan oleh guru atau yang dibaca tanpa makna. Hal ini berbeda dengan belajar bermakna, dimana dalam belajar bermakna ini terdapat dua komponen penting, yaitu bahan yang dipelajari, dan struktur kognitif yang ada pada individu.Struktur kognitif ini adalah jumlah, kualitas, kejelasan dan pengorganisasian dari pengetahuan yang sekarang dikuasai oleh individu.
Agar tercipta belajar bermakna, maka bahan yang dipelajari harus bermakna: istilah yang mempunyai makna, konsep-konsep yang bermakna, atau hubungan antara dua hal atau lebih yang mempunyai makna. Selain itu, bahan pelajaran hendaknya dihubungkan dengan struktur kognitifnya secara substansial dan dengan beraturan. Substansial berarti bahan yang dihubungkan sejenis atau sama substansinya dengan yang ada pada struktur kognitif. Beraturan berarti mengikuti aturan yang sesuai dengan sifat bahan tersebut.
Menurut Ausubel siswa akan belajar dengan baik jika isi pelajarannya didefinisikan dan kemudian dipresentasikan dengan baik dan tepat kepada siswa (advanced organizer), dengan demikian akan mempengaruhi pengaturan kemampuan belajar siswa. Advanced organizer adalah konsep atau informasi umum yang mewadahi seluruh isi pelajaran yang akan dipelajari oleh siswa. Advanced organizer memberikan tiga manfaat yaitu : Menyediakan suatu kerangka konseptual untuk materi yang akan dipelajari. Berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan antara yang sedang dipelajari dan yang akan dipelajari. Dapat membantu siswa untuk memahami bahan belajar secara lebih mudah
Singkatnya, inti dari teori David P. Ausubel tentang belajar adalah belajar bermakna, yaitu suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang
Pandangan Teori Kognitivisme terhadap Belajar Mengajar dan Pembelajaran
Teori kognitif adalah teori yang umumnya dikaitkan dengan proses belajar. Kognisi adalah kemampuan psikis atau mental manusia yang berupa mengamati, melihat, menyangka, memperhatikan,menduga dan menilai. Dengan kata lain, kognisi menunjuk pada konsep tentangpengenalan. Teori kognitif menyatakan bahwa proses belajar terjadi karena adavariabel penghalang pada aspek-aspek kognisi seseorang. Teori belajar kognitivlebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajar itu sendiri. Belajartidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon, lebih dari itubelajar melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman. Perubahan persepsi dan pemahaman tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang bisa diamati.
Teori bermakna ausubel dan discovery Learningnya bruner memiliki sisi pembeda. Dari sudut pandang Teori belajar Bermakna Ausubel memandang bahwa justru ada bahaya jika siswa yang kurang mahir dalam suatu hal mendapat penanganan dengan teori belajar discoveri, karena siswa cenderung diberi kebebasan untuk mengkonstruksi sendiri pemahaman tentang segala sesuatu. Oleh karenanya menurut teori belajar Bermakna guru tetap berfungsi sentral sebatas membantu mengkoordinasikan pengalaman-pengalaman yang hendak diterima oleh siswa namun tetap dengan koridor pembelajaran yang bermakna.
Dari poin diatas dapat pemakalah ambil garis tengah bahwa beberapa teori belajar kognitif diatas, meskipun sama-sama mengedepankan proses berpikir, tidak serta merta dapat diaplikasikan pada konteks pembelajaran secara menyeluruh. Terlebih untuk menyesuaikan teori belajar kognitif ini dengan kompleksitas proses dan sistem pembelajaran sekarang maka harus benar-benar diperhatikan antara karakter masing-masing teori dan kemudian disesuakan dengan tingkatan pendidikan maupun karakteristik peserta didiknya.
Implementasi teori Kognitivisme Dalam Proses Pembelajaran
Adapun Implementasi Teori Kognitivisme dalam dunia pendidikan yang lebih dispesifikasikan dalam Pembelajaran sesuai denganTeori yang telah dikemukan diatas sebagai berikut:
Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah : Bahasa dan cara berfikir anak berbeda denganorang dewasa. Oleh karena itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak; Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya; Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing; Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya. Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.
Implikasi Teori Bruner dalam Proses Pembelajaran: Menghadapkan anak pada suatu situasi yang membingungkan atau suatu masalah; anak akan berusaha membandingkan realita diluar dirinya dengan model mental yang telah dimilikinya; dan dengan pengalamannya anak akan mencoba menyesuaikan atau mengorganisasikan kembali struktur-struktur idenya dalam rangka untuk mencapai keseimbangan di dalam benaknya.
Impilkasi Teori Bermakna Ausubel dalam pembelajaran adalah seorang pendidik, mereka harus dapat memahami bagaimana cara belajar siswa yang baik, sebab mereka para siswa tidak akan dapat memahami bahasa bila mereka tidak mampu mencerna dari apa yang mereka dengar ataupun mereka tangkap.
Dan dari ketiga macam teori diatas jelas masing-masing mempunya implikasi yang berbeda, namun secara umum teori kognitivisme lebih mengarah pada bagaimana memahami struktur kognitif siswa. Karena pada hakekatnya teori belajar kognitif adalah sebuah teori yang cenderung melakuakn praktik yang mengarah pada intelektual peserta didik. Konsekuensi dari teori ini adalah proses pembelajaran harus memberi ruang yang luas agar peserta didik dapat mengembangkan kualitas intelektualnya. Penerapan teori ini adalah guru harus memahami bahwa peserta didik bukan orang dewasa uyang mudah dalam proses berpikirnya, anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar belajar dengan menggunakan benda-benda konkrit, keaktifan peserta didik sangat dipentingkan, guru menyusun materi dengan pola atau logikatertentu dari sederhana ke kompleks, guru menciptakan pembelajaran yang bermakna, memperhatikan perbedaan individual murid untuk mencapai keberhasilan peserta didik.

Daftar pustaka

Tugas Mhsw Teori Belajar Konstruktivisme


TEORI KONSTRUKTIVISME
Guna memenuhi tugas Teknologi Pendidikan

 


Oleh :

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Tiyan Tri Septiana               
Farida Nurkhasanah                       
Ispa Indria                            
Utaminingsih                        
Ambar Sari                           
Tri Sunarni                           
Eka Widayanti                     
Anik Suryani            

02.7827
02.7832
02.7841
02.7842
02.7851
02.7856
02.7858
02.8398



JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MAMBA’UL ‘ULUM SURAKARTA
( S T A I M U S )
2013

BAB I
PENDAHULUAN

Konstruktivisime adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan adalah bentukan kita sendiri. Pengetahuan bukan tiruan dari realitas, bukan juga gambaran dari dunia kenyataan yang ada. Pengetahuan merupakan hasil dari kontruksi kognitif melalui kegiatan individu dengan membuat struktur, kategori, konsep dan skema yang diperlukan untuk membentuk pengetahuan tersebut.
Pengetahuan tidak bisa ditransfer begitu saja, melainkan harus diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing individu. Pengetahuan juga bukan merupakan sesuatu yang sudah ada, melainkan suatu proses yang berkembang terus menerus. Dalam proses itu keaktifan seseorang sangat menentukan dalam mengembangkan pengetahuannya.
Banyak peserta didik yang salah menangkap apa yang diberikan oleh gurunya. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan tidak begitu saja dipindahkan, melainkan harus dikonstruksikan sendiri oleh peserta didik tersebut.Peran guru dalam pembelajaran bukan pemindahan pengetahuan, tetapi hanya sebagai fasilitator,  yang menyediakan stimulus baik berupa strategi pembelajaran, bimbingan dan bantuan ketika peserta didik, mengalami kesulitan belajar, ataupun menyediakan media dan materi pembelajaran agar peserta didik itu merasa termotivasi, tertarik untuk belajar sehingga pembelajaran menjadi bermakna dan ahirnya peserta didik tersebut mampu mengkontruksi sendiri pengetahuaanya.






BAB II
PEMBAHASAN
  1. Pengertian Konstruktivisme
Konstruktivisme dibagi menjadi 3  yaitu :
1.      Konstruksi berarti membangun, dalam konteks filsafat pendidikan, Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern.
2.       Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang tebatas.
3.      Konstruktivisme adalah sebuah teori yang memberikan kebebasan terhadap manusia yang ingin belajar dan mencari kebutuhnnya dengan kemampuan untuk menemukan keinginan dan kebutuhannya tersebut dengan bantuan fasilitas orang lain.
Jadi kesimpulannya adalah Teori Konstruktivisme adalah teori yang memberikan keaktifan terhadap manusia untuk belajar menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan atau teknologi, dan hal lain yang diperlukan guna mengembangkan dirinya sendiri. 

  1. Tokoh yang berperan pada teori ini adalah Jean Piaget dan Vygotsky
Yang mendefinisikan Teori Konstruktivisme sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan menciptakan sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan gagasan yang baru, apa yang dilalui dalam kehidupan kita selama ini merupakan himpunan himpunan dan pembinaanpengalaman demi pengalaman. Ini menyebabkan seseorang mempunyai pengetahuan dan menjadi lebih dinamis.
Selain itu ada juga beberapa pandangan tentang Teori Konstruktivisme, yang menyatakan bahwa teori ini tidak hanya mengandalkan guru tetapi siswa juga harus aktif dalam hal belajar.

  1. Kelebihan Dan Kelemahan Teori Konstruktivisme
Kelebihan teori konstruktivisme :
·         Berfikir dalam proses membina pengetahuan baru, siswa berfikir untuk menyelesaikan masalah  dan membuat keputusan.
·         Faham : Oleh karena siswa terlibat secara langsung dalam mebina pengetahuan baru, mereka akan lebih faham dan boleh mengaplikasikannya dalam semua situasi.
·         Ingat : Oleh karena siswa terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama semua konsep. Yakin siswa melalui pendekatan ini membina sendiri kefahaman mereka. Justru mereka lebih yakin menghadapi dan menyelesaikan masalah dalam situasi baru.
·          Kemahiran sosial : Kemahiran sosial diperolehi apabila berinteraksi dengan teman dan guru dalam membina pengetahuan baru.
Kelemahan teori konstruktivisme :
Dalam bahasan kekurangan atau kelemahan ini mungkin bisa kita lihat dalam proses belajarnya dimana peran guru sebagai pendidik itu sepertinya kurang begitu mendukung.
Ø  Pandangan Tentang Teori Belajar Konstruktivisme
Menurut:
1)      Ruseffendi (1998: 132)
Salah satu teori atau pandangan yang sangat terkenal berkaitan dengan teori belajar konstruktivisme adalah teori perkembangan mental Piaget  yang merupakan bagian dari teori kognitif juga.Teori belajar tersebut berkenaan dengan kesiapan anak untuk belajar, yang dikemas dalam tahap perkembangan intelektual dari lahir hingga dewasa.
2)      Dahar (1989: 159)    
Menegaskan bahwa penekanan teori konstruktivisme pada proses untuk menemukan teori atau pengetahuan yang dibangun dari realitas lapangan. Peran guru dalam pembelajaran menurut teori ini adalah sebagai fasilitator atau moderator.
3)      Jean piaget
Mengemukakan bahwa pengetahuan tidak diperoleh secara pasif oleh seseorang, melainkan melalui tindakan. Belajar merupakan proses untuk membangun penghayatan terhadap suatu materi yang disampaikkan. Bahkan perkembangan kognitif anak bergantung pada seberapa jauh mereka berinteraksi dengan lingkungannya.
4)      Susan, Marilyn, dan Tony (1995: 222)
Berkaitan dengan anak dan lingkungan belajarnya menurut konstruktivisme, Bell dan Driver  mengajukan karakteristik sebagai berikut:
·         Siswa tidak dipandang sebagai sesuatu yang pasif, melainkan memiliki tujuan.
·         Belajar mempertimbangkan seoptimal mungkin proses keterlibatan siswa.
·         Pengetahuan bukan sesuatu yang datang dari luar melainkan dikonstruksi secara optimal.
·         Pembelajaran bukanlah transmisi pengetahuan, melainkan melibatkan pengaturan situasi kelas.
·         Kurikulum bukanlah sekedar dipelajari, melainkan seperangkar pembelajaran, materi, dan sumber.
5)      Poedjiadi (1999: 62)
Konstruktivisme sosial yang dikembangkan oleh Vigotsky adalah belajar bagi anak dilakukan dalam interaksi dengan lingkungan sosial maupun fisik. Penemuan atau discovery dalam belajar lebih mudah diperoleh dalam konteks sosial budaya seseorang.
Ø  Pendekatan Konstruktivisme mempunyai beberapa konsep umum seperti:
a.       Pelajar aktif membina pengetahuan berasaskan pengalaman yang sudah ada.
b.      Dalam konteks pembelajaran, pelajar seharusnya membina sendiri pengetahuan mereka.
c.       Pentingnya membina pengetahuan secara aktif oleh pelajar sendiri melalui proses saling mempengaruhi antara pembelajaran terdahulu dengan pembelajaran yang baru.
d.      Unsur terpenting dalam teori ini ialah seseorang membina pengetahuan dirinya secara aktif dengan cara membandingkan informasi baru dengan pemahamannya yang sudah ada.
e.       Ketidakseimbangan merupakan faktor motivasi pembelajaran yang utama. Faktor ini berlaku apabila seorang pelajar menyadari gagasan-gagasannya tridak konsisten dengan pengetahuan ilmiah.
f.       Bahan pengajaran yang disediakan perlu mempunyai kaitan dengan pengalaman pelajar untuk menarik minat belajar
Ø  Pembelajaran Menurut Teori Belajar Konstruktivisme
Seperti telah dikemukakan bahwa teori belajar konstruktivisme, pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari pikiran guru ke pikiran siswa. Artinya, bahwa siswa harus aktif secara mental membangun struktur pengetahuannya berdasarkan kematangan kognitif yang dimilikinya. Dengan kata lain, siswa tidak diharapkan seperti botol-botol kecil yang siap diisi dengan berbagai ilmu pengetahuan sesuai dengan kehendak guru.

1.      Menurut Tasker (1992: 30)
Mengemukakan ada tiga penekanan dalam teori belajar konstruktivisme sebagai berikut:
·         Peran aktif siswa dalam menkonstruksi pengetahuan secara bermakna.
·         Pentingnya membuat kaitan antara gagasan dalam pengkonstruksian secara bermakna.
·         Mengaitkan antara gagasan dengan informasi baru yang diterima.
2.      Wheatley (1991: 12)
Wheatley mendukung pendapat Tasker dengan mengajukan dua prinsip utama dalam pempelajaran dengan teori belajar konstruktivisme.
·         Pengetahuan tidak dapat diperoleh secara pasif, tetapi secara aktif oleh struktur kognitif siswa.
·         Fungsi kognitif adaptip dan membantu pengorganisasian melalui pengalaman nyata yang dimiliki anak.
3.      Hudoyo (1990: 4)\
Secara spesifik Hudoyo mengatakan bahwa seseorang akan lebih mudah mempelajari sesuatu bila belajar itu didasari pada apa yang telah diketahui orang lain. Oleh karena itu, untuk mempelajari suatu materi yang baru, pengalaman belajar yang lalu dari seseorang akan mempengaruhi terjadinya proses belajar tersebut.
4.      Hanbury (1996: 3)
Mengemukakan sejumlah aspek dalam kaitannya dengan pembelajaran yaitu:
·         Siswa mengkonstruksi pengetahuan dengan cara mengintegrasikan ide yang mereka miliki.
·         Pembelajaran menjadi lebih bermakna karena siswa mengerti.
·         Strategi siswa lebih bernilai.
·         Siswa mempunyai kesempatan untuk berdiskusi dan saling bertukar pengalaman dan ilmu pengetahuan dengan temannya.

Dari beberapa pandangan diatas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang mengacu kepada teori belajar konstruktivisme lebih memfokuskan pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman mereka. Bukan kepatuhan siswa dalam refleksi atas apa yang telah diperintahkan dan dilakukan oleh guru. Dengan kata lain, siswa lebih diutamakan untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuan mereka melalui asimilasi dan akomodasi.

Ø  Unsur Penting dalam Lingkungan Pembelajaran Konstruktivism
Berdasarkan hasil analisis Akhmad Sudrajat terhadap sejumlah kriteria dan pendapat sejumlah ahli, Widodo, (2004) menyimpulkan tentang lima unsur penting dalam lingkungan pembelajaran yang konstruktivis, yaitu:
  1. Memperhatikan dan memanfaatkan pengetahuan siswa.
Kegiatan pembelajaran ditujukan untuk membantu siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan. Siswa didorong untuk mengkonstruksi pengetahuan baru dengan memanfaatkan pengetahuan awal yang telah dimiliki.
  1. Pengalaman belajar yang autentik dan bermakna.
Segala kegiatan yang dilakukan di dalam pembelajaran dirancang sedemikian rupa sehingga bermakna bagi siswa. Oleh karena itu minat, sikap, dan kebutuhan belajar siswa benar-benar dijadikan bahan pertimbangan dalam merancang dan melakukan pembelajaran.
  1. Adanya lingkungan sosial yang kondusif.
Siswa diberi kesempatan untuk bisa berinteraksi secara produktif dengan sesama siswa maupun dengan guru. Selain itu juga ada kesempatan bagi siswa untuk bekerja dalam berbagai konteks sosial.
  1. Adanya dorongan agar siswa bisa mandiri.
Siswa didorong untuk bisa bertanggungjawab terhadap proses belajarnya. Oleh karena itu siswa dilatih dan diberi kesempatan untuk melakukan refleksi dan mengatur kegiatan belajarnya.
  1. Adanya usaha untuk mengenalkan siswa tentang dunia ilmiah.
Sains bukan hanya produk (fakta, konsep, prinsip, teori), namun juga mencakup proses dan sikap. Oleh karena itu pembelajaran sains juga harus bisa melatih dan memperkenalkan siswa tentang  kehidupan ilmuwan.

  1. Prinsip-prinsip Konstruktivisme.
Secara garis besar, prinsip-prinsip Konstruktivisme yang diterapkan dalam belajar mengajar adalah:
·         Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri.
·         Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke murid, kecuali hanya dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar.
·         Murid aktif mengkonstruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep ilmiah.
·         Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses konstruksi berjalan lancar.
·         Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa.
·         Struktur pembelajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan.
·         Mencari dan menilai pendapat siswa.
·         Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa.
Dari semua prinsip diatas ada satu prinsip yang paling penting adalah guru tidak boleh hanya semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun pengetahuan didalam benaknya sendiri. Seorang guru dapat membantu proses ini dengan cara-cara mengajar yang membuat informasi menjadi sangat bermakna dan sangat relevan bagi siswa, dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide dan menggunakan strategi-strategi mereka sendiri untuk belajar.

  1.  Implementasi/Penerapan Teori Konstruktivisme di dalam Pembelajaran.
Sebagai calon guru Bahasa Bali, kita harus bisa mengimplementasikan teori ini didalam pembelajaran khususnya di dalam pembelajaran Bahasa Bali dengan jalan:
·         Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan gagasannya dengan bahasa sendiri.
·         Memberi kesempatan kepada siswa untuk berfikir tentang pengalamannya sehingga menjadi lebih kreatif dan imajinatif.
·         Memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru.
·         Memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa.
·         Mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan mereka.
·          Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.

Ø  Selain hal diatas ada juga strategi-strategi belajar pada teori konstruktivisme adalah:
a)      Top-down Processing: siswa belajar dimulai dengan masalah yang kompleks untuk dipecahkan, kemudian menemukan ketrampilan yang dibutuhkan.
b)      Cooperative Learning: strategi yang digunakan untuk proses belajar, agar siswa lebih mudah dalam menghadapi problem yang dihadapi.
c)      Generatif Learning: strategi yang menekankan pada integrasi yang aktif antara materi atau pengetahuan yang baru diperoleh dengan skemata.

  1.  Implikasi Teori Konstruktivisme
Menurut Poedjiadi (1999: 63) ada tiga impikasi teori ini yaitu:
·         Tujuan pendidikan menurut teori belajar konstruktivisme adalah menghasilkan individu atau anak yang memiliki kemampuan berfikir untuk menyelesaikan setiap persoalan yang dihadapi.
·         Kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi situasi yang memungkinkan pengetahuan dan keterampilan dapat dikonstruksi oleh peserta didik.
·         Peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang sesuai bagi dirinya. Guru hanyalah berfungsi sebagai mediator, fasilitator, dan teman yang membuat situasi yang kondusif untuk terjadinya konstruksi pengetahuan pada diri peserta didik.

Ø  Kesimpulan
Jadi Teori Konstruktivisme adalah pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan menciptakan sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Peran Guru dalam pembelajaran menurut Teori Konstruktivisme adalah sebagai fasilitator atau mediator.

Ø  Daftar pustaka
1.      Mustaji,2009. Teori dan model pembelajaran.unesa university press,Surabaya