Wikipedia

Hasil penelusuran

Senin, 13 Mei 2013

Tugas Mhsw Teori Belajar Konstruktivisme


TEORI KONSTRUKTIVISME
Guna memenuhi tugas Teknologi Pendidikan

 


Oleh :

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Tiyan Tri Septiana               
Farida Nurkhasanah                       
Ispa Indria                            
Utaminingsih                        
Ambar Sari                           
Tri Sunarni                           
Eka Widayanti                     
Anik Suryani            

02.7827
02.7832
02.7841
02.7842
02.7851
02.7856
02.7858
02.8398



JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MAMBA’UL ‘ULUM SURAKARTA
( S T A I M U S )
2013

BAB I
PENDAHULUAN

Konstruktivisime adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan adalah bentukan kita sendiri. Pengetahuan bukan tiruan dari realitas, bukan juga gambaran dari dunia kenyataan yang ada. Pengetahuan merupakan hasil dari kontruksi kognitif melalui kegiatan individu dengan membuat struktur, kategori, konsep dan skema yang diperlukan untuk membentuk pengetahuan tersebut.
Pengetahuan tidak bisa ditransfer begitu saja, melainkan harus diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing individu. Pengetahuan juga bukan merupakan sesuatu yang sudah ada, melainkan suatu proses yang berkembang terus menerus. Dalam proses itu keaktifan seseorang sangat menentukan dalam mengembangkan pengetahuannya.
Banyak peserta didik yang salah menangkap apa yang diberikan oleh gurunya. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan tidak begitu saja dipindahkan, melainkan harus dikonstruksikan sendiri oleh peserta didik tersebut.Peran guru dalam pembelajaran bukan pemindahan pengetahuan, tetapi hanya sebagai fasilitator,  yang menyediakan stimulus baik berupa strategi pembelajaran, bimbingan dan bantuan ketika peserta didik, mengalami kesulitan belajar, ataupun menyediakan media dan materi pembelajaran agar peserta didik itu merasa termotivasi, tertarik untuk belajar sehingga pembelajaran menjadi bermakna dan ahirnya peserta didik tersebut mampu mengkontruksi sendiri pengetahuaanya.






BAB II
PEMBAHASAN
  1. Pengertian Konstruktivisme
Konstruktivisme dibagi menjadi 3  yaitu :
1.      Konstruksi berarti membangun, dalam konteks filsafat pendidikan, Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern.
2.       Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang tebatas.
3.      Konstruktivisme adalah sebuah teori yang memberikan kebebasan terhadap manusia yang ingin belajar dan mencari kebutuhnnya dengan kemampuan untuk menemukan keinginan dan kebutuhannya tersebut dengan bantuan fasilitas orang lain.
Jadi kesimpulannya adalah Teori Konstruktivisme adalah teori yang memberikan keaktifan terhadap manusia untuk belajar menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan atau teknologi, dan hal lain yang diperlukan guna mengembangkan dirinya sendiri. 

  1. Tokoh yang berperan pada teori ini adalah Jean Piaget dan Vygotsky
Yang mendefinisikan Teori Konstruktivisme sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan menciptakan sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan gagasan yang baru, apa yang dilalui dalam kehidupan kita selama ini merupakan himpunan himpunan dan pembinaanpengalaman demi pengalaman. Ini menyebabkan seseorang mempunyai pengetahuan dan menjadi lebih dinamis.
Selain itu ada juga beberapa pandangan tentang Teori Konstruktivisme, yang menyatakan bahwa teori ini tidak hanya mengandalkan guru tetapi siswa juga harus aktif dalam hal belajar.

  1. Kelebihan Dan Kelemahan Teori Konstruktivisme
Kelebihan teori konstruktivisme :
·         Berfikir dalam proses membina pengetahuan baru, siswa berfikir untuk menyelesaikan masalah  dan membuat keputusan.
·         Faham : Oleh karena siswa terlibat secara langsung dalam mebina pengetahuan baru, mereka akan lebih faham dan boleh mengaplikasikannya dalam semua situasi.
·         Ingat : Oleh karena siswa terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama semua konsep. Yakin siswa melalui pendekatan ini membina sendiri kefahaman mereka. Justru mereka lebih yakin menghadapi dan menyelesaikan masalah dalam situasi baru.
·          Kemahiran sosial : Kemahiran sosial diperolehi apabila berinteraksi dengan teman dan guru dalam membina pengetahuan baru.
Kelemahan teori konstruktivisme :
Dalam bahasan kekurangan atau kelemahan ini mungkin bisa kita lihat dalam proses belajarnya dimana peran guru sebagai pendidik itu sepertinya kurang begitu mendukung.
Ø  Pandangan Tentang Teori Belajar Konstruktivisme
Menurut:
1)      Ruseffendi (1998: 132)
Salah satu teori atau pandangan yang sangat terkenal berkaitan dengan teori belajar konstruktivisme adalah teori perkembangan mental Piaget  yang merupakan bagian dari teori kognitif juga.Teori belajar tersebut berkenaan dengan kesiapan anak untuk belajar, yang dikemas dalam tahap perkembangan intelektual dari lahir hingga dewasa.
2)      Dahar (1989: 159)    
Menegaskan bahwa penekanan teori konstruktivisme pada proses untuk menemukan teori atau pengetahuan yang dibangun dari realitas lapangan. Peran guru dalam pembelajaran menurut teori ini adalah sebagai fasilitator atau moderator.
3)      Jean piaget
Mengemukakan bahwa pengetahuan tidak diperoleh secara pasif oleh seseorang, melainkan melalui tindakan. Belajar merupakan proses untuk membangun penghayatan terhadap suatu materi yang disampaikkan. Bahkan perkembangan kognitif anak bergantung pada seberapa jauh mereka berinteraksi dengan lingkungannya.
4)      Susan, Marilyn, dan Tony (1995: 222)
Berkaitan dengan anak dan lingkungan belajarnya menurut konstruktivisme, Bell dan Driver  mengajukan karakteristik sebagai berikut:
·         Siswa tidak dipandang sebagai sesuatu yang pasif, melainkan memiliki tujuan.
·         Belajar mempertimbangkan seoptimal mungkin proses keterlibatan siswa.
·         Pengetahuan bukan sesuatu yang datang dari luar melainkan dikonstruksi secara optimal.
·         Pembelajaran bukanlah transmisi pengetahuan, melainkan melibatkan pengaturan situasi kelas.
·         Kurikulum bukanlah sekedar dipelajari, melainkan seperangkar pembelajaran, materi, dan sumber.
5)      Poedjiadi (1999: 62)
Konstruktivisme sosial yang dikembangkan oleh Vigotsky adalah belajar bagi anak dilakukan dalam interaksi dengan lingkungan sosial maupun fisik. Penemuan atau discovery dalam belajar lebih mudah diperoleh dalam konteks sosial budaya seseorang.
Ø  Pendekatan Konstruktivisme mempunyai beberapa konsep umum seperti:
a.       Pelajar aktif membina pengetahuan berasaskan pengalaman yang sudah ada.
b.      Dalam konteks pembelajaran, pelajar seharusnya membina sendiri pengetahuan mereka.
c.       Pentingnya membina pengetahuan secara aktif oleh pelajar sendiri melalui proses saling mempengaruhi antara pembelajaran terdahulu dengan pembelajaran yang baru.
d.      Unsur terpenting dalam teori ini ialah seseorang membina pengetahuan dirinya secara aktif dengan cara membandingkan informasi baru dengan pemahamannya yang sudah ada.
e.       Ketidakseimbangan merupakan faktor motivasi pembelajaran yang utama. Faktor ini berlaku apabila seorang pelajar menyadari gagasan-gagasannya tridak konsisten dengan pengetahuan ilmiah.
f.       Bahan pengajaran yang disediakan perlu mempunyai kaitan dengan pengalaman pelajar untuk menarik minat belajar
Ø  Pembelajaran Menurut Teori Belajar Konstruktivisme
Seperti telah dikemukakan bahwa teori belajar konstruktivisme, pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari pikiran guru ke pikiran siswa. Artinya, bahwa siswa harus aktif secara mental membangun struktur pengetahuannya berdasarkan kematangan kognitif yang dimilikinya. Dengan kata lain, siswa tidak diharapkan seperti botol-botol kecil yang siap diisi dengan berbagai ilmu pengetahuan sesuai dengan kehendak guru.

1.      Menurut Tasker (1992: 30)
Mengemukakan ada tiga penekanan dalam teori belajar konstruktivisme sebagai berikut:
·         Peran aktif siswa dalam menkonstruksi pengetahuan secara bermakna.
·         Pentingnya membuat kaitan antara gagasan dalam pengkonstruksian secara bermakna.
·         Mengaitkan antara gagasan dengan informasi baru yang diterima.
2.      Wheatley (1991: 12)
Wheatley mendukung pendapat Tasker dengan mengajukan dua prinsip utama dalam pempelajaran dengan teori belajar konstruktivisme.
·         Pengetahuan tidak dapat diperoleh secara pasif, tetapi secara aktif oleh struktur kognitif siswa.
·         Fungsi kognitif adaptip dan membantu pengorganisasian melalui pengalaman nyata yang dimiliki anak.
3.      Hudoyo (1990: 4)\
Secara spesifik Hudoyo mengatakan bahwa seseorang akan lebih mudah mempelajari sesuatu bila belajar itu didasari pada apa yang telah diketahui orang lain. Oleh karena itu, untuk mempelajari suatu materi yang baru, pengalaman belajar yang lalu dari seseorang akan mempengaruhi terjadinya proses belajar tersebut.
4.      Hanbury (1996: 3)
Mengemukakan sejumlah aspek dalam kaitannya dengan pembelajaran yaitu:
·         Siswa mengkonstruksi pengetahuan dengan cara mengintegrasikan ide yang mereka miliki.
·         Pembelajaran menjadi lebih bermakna karena siswa mengerti.
·         Strategi siswa lebih bernilai.
·         Siswa mempunyai kesempatan untuk berdiskusi dan saling bertukar pengalaman dan ilmu pengetahuan dengan temannya.

Dari beberapa pandangan diatas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang mengacu kepada teori belajar konstruktivisme lebih memfokuskan pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman mereka. Bukan kepatuhan siswa dalam refleksi atas apa yang telah diperintahkan dan dilakukan oleh guru. Dengan kata lain, siswa lebih diutamakan untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuan mereka melalui asimilasi dan akomodasi.

Ø  Unsur Penting dalam Lingkungan Pembelajaran Konstruktivism
Berdasarkan hasil analisis Akhmad Sudrajat terhadap sejumlah kriteria dan pendapat sejumlah ahli, Widodo, (2004) menyimpulkan tentang lima unsur penting dalam lingkungan pembelajaran yang konstruktivis, yaitu:
  1. Memperhatikan dan memanfaatkan pengetahuan siswa.
Kegiatan pembelajaran ditujukan untuk membantu siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan. Siswa didorong untuk mengkonstruksi pengetahuan baru dengan memanfaatkan pengetahuan awal yang telah dimiliki.
  1. Pengalaman belajar yang autentik dan bermakna.
Segala kegiatan yang dilakukan di dalam pembelajaran dirancang sedemikian rupa sehingga bermakna bagi siswa. Oleh karena itu minat, sikap, dan kebutuhan belajar siswa benar-benar dijadikan bahan pertimbangan dalam merancang dan melakukan pembelajaran.
  1. Adanya lingkungan sosial yang kondusif.
Siswa diberi kesempatan untuk bisa berinteraksi secara produktif dengan sesama siswa maupun dengan guru. Selain itu juga ada kesempatan bagi siswa untuk bekerja dalam berbagai konteks sosial.
  1. Adanya dorongan agar siswa bisa mandiri.
Siswa didorong untuk bisa bertanggungjawab terhadap proses belajarnya. Oleh karena itu siswa dilatih dan diberi kesempatan untuk melakukan refleksi dan mengatur kegiatan belajarnya.
  1. Adanya usaha untuk mengenalkan siswa tentang dunia ilmiah.
Sains bukan hanya produk (fakta, konsep, prinsip, teori), namun juga mencakup proses dan sikap. Oleh karena itu pembelajaran sains juga harus bisa melatih dan memperkenalkan siswa tentang  kehidupan ilmuwan.

  1. Prinsip-prinsip Konstruktivisme.
Secara garis besar, prinsip-prinsip Konstruktivisme yang diterapkan dalam belajar mengajar adalah:
·         Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri.
·         Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke murid, kecuali hanya dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar.
·         Murid aktif mengkonstruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep ilmiah.
·         Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses konstruksi berjalan lancar.
·         Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa.
·         Struktur pembelajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan.
·         Mencari dan menilai pendapat siswa.
·         Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa.
Dari semua prinsip diatas ada satu prinsip yang paling penting adalah guru tidak boleh hanya semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun pengetahuan didalam benaknya sendiri. Seorang guru dapat membantu proses ini dengan cara-cara mengajar yang membuat informasi menjadi sangat bermakna dan sangat relevan bagi siswa, dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide dan menggunakan strategi-strategi mereka sendiri untuk belajar.

  1.  Implementasi/Penerapan Teori Konstruktivisme di dalam Pembelajaran.
Sebagai calon guru Bahasa Bali, kita harus bisa mengimplementasikan teori ini didalam pembelajaran khususnya di dalam pembelajaran Bahasa Bali dengan jalan:
·         Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan gagasannya dengan bahasa sendiri.
·         Memberi kesempatan kepada siswa untuk berfikir tentang pengalamannya sehingga menjadi lebih kreatif dan imajinatif.
·         Memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru.
·         Memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa.
·         Mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan mereka.
·          Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.

Ø  Selain hal diatas ada juga strategi-strategi belajar pada teori konstruktivisme adalah:
a)      Top-down Processing: siswa belajar dimulai dengan masalah yang kompleks untuk dipecahkan, kemudian menemukan ketrampilan yang dibutuhkan.
b)      Cooperative Learning: strategi yang digunakan untuk proses belajar, agar siswa lebih mudah dalam menghadapi problem yang dihadapi.
c)      Generatif Learning: strategi yang menekankan pada integrasi yang aktif antara materi atau pengetahuan yang baru diperoleh dengan skemata.

  1.  Implikasi Teori Konstruktivisme
Menurut Poedjiadi (1999: 63) ada tiga impikasi teori ini yaitu:
·         Tujuan pendidikan menurut teori belajar konstruktivisme adalah menghasilkan individu atau anak yang memiliki kemampuan berfikir untuk menyelesaikan setiap persoalan yang dihadapi.
·         Kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi situasi yang memungkinkan pengetahuan dan keterampilan dapat dikonstruksi oleh peserta didik.
·         Peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang sesuai bagi dirinya. Guru hanyalah berfungsi sebagai mediator, fasilitator, dan teman yang membuat situasi yang kondusif untuk terjadinya konstruksi pengetahuan pada diri peserta didik.

Ø  Kesimpulan
Jadi Teori Konstruktivisme adalah pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan menciptakan sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Peran Guru dalam pembelajaran menurut Teori Konstruktivisme adalah sebagai fasilitator atau mediator.

Ø  Daftar pustaka
1.      Mustaji,2009. Teori dan model pembelajaran.unesa university press,Surabaya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar