TEORI BELAJAR
KOGNITIVISME
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teknologi
Pendidikan
Disusun Oleh :
Fatchul
Jawad 02 9362
Heri
Nuraini 02 9364
Semester
VI PC
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MAMBA'UL ULUM SURAKARTA
2013
Teori Belajar Kognitivisme
Pengertian Kognitivisme
Istilah“Cognitive” berasal dari kata cognition artinya adalah pengertian,
mengerti. Pengertian yang lebih luas cognition (kognisi) adalah perolehan, penataan,
dan penggunaan pengetahuan. Kognisi adalah kemampuan psikis atau mental manusia
yang berupa mengamati, melihat,menyangka, memperhatikan, menduga dan menilai.
Dengan kata lain, kognisi menunjuk pada konsep tentang pengenalan. Teori
kognitif menyatakan bahwa proses belajar terjadi karena ada variabel penghalang
pada aspek-aspek kognisi seseorang.
Teori belajar kognitif lebih menekankan pada
belajar merupakan suatu proses yang terjadi dalam akal pikiran manusia. Pada
dasarnya belajar adalah suatu proses usaha yang melibatkan aktivitas mental
yang terjadi dalam diri manusia sebagai akibat dari proses interaksi aktif
dengan lingkungannya untuk memperoleh suatu perubahan dalam bentuk pengetahuan,
pemahaman, tingkah laku, ketrampilan dan nilai sikap yang bersifat relatif dan
berbekas.
Ciri-ciri Aliran Kognitivisme
Mementingkan apa yang ada dalam diri manusia
Mementingkan keseluruhan dari pada bagian-bagian
Mementingkan peranan kognitif
Mementingkan kondisi waktu sekarang
Mementingkan pembentukan struktur kognitif
Belajar kognitif ciri khasnya terletak dalam
belajar memperoleh dan mempergunakan bentuk-bentuk reppresentatif yang mewakili
obyek-obyek itu di representasikan atau di hadirkan dalam diri seseorang
melalui tanggapan, gagasan atau lambang, yang semuanya merupakan sesuatu yang
bersifat mental, misalnya seseorang menceritakan pengalamannya selama
mengadakan perjalanan keluar negeri, setelah kembali kenegerinya sendiri.
Tampat-tempat yang dikunjuginya selama berada di lain negara tidak dapat
diabawa pulang, orangnya sendiri juga tidak hadir di tempat-tempat itu. Pada
waktu itu sedang bercerita, tetapi semulanya tanggapan-tanggapan, gagasan dan
tanggapan itu di tuangkan dalam kata-kata yang disampaikan kepada orang yang mendengarkan
ceritanya.
Tokoh-tokoh aliran kognitivisme
Teorinya memberikan
banyak konsep utama dalam lapangan psikologi
perkembangan dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan. Menurut Piaget,
bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan
kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk
melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan
teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru
hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi
dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari
lingkungan. Tahap perkembangan kognitif peserta didik ada empat tahapan, yaitu:
Tahap sensori-motor dari lahir hingga 2 tahun. Anak
mengalami dunianya melalui gerak dan inderanya serta mempelajari permanensi
obyek. Seorang anak sedikit demi sedikit mengembangkan kemampuannya untuk
membedakan dirinya dengan bena-benda lain.
Tahap pra-operasional dari 2 hingga 7 tahun. Anak mulai
memiliki kecakapan motorik.Pada masa ini anak menjadi pusat tunggal yang
mencolok dari suatu obyek. Misalnya seorang anak melihat benda cair yang sama
banyak tetapi yang sat berada dalam gelas panjang dan satu lagi berada di cawan
datar, dia akan mengatakan bahwa air di gelas lebih banyak dari pada air di
cawan datar.
Tahap operasional konkret dari 7 hingga 11 tahun. Anak mulai
berpikir secara logis tentang kejadian-kejadian konkret. Anak sudah dapat
membedakan benda yang sama dalam kondisi yang berbeda.
Tahap operasional formal setelah usia 11 tahun. Pada masa ini
anak mulai memasuki dunia “kemungkinan” dari dunia yang sebenarnya atau anak
mengalami perkembangan penalaran abstrak.
Kecepatan perkembangan setiap individu
melalui urutan setiap tahap tersebut berbeda dan tidak ada individu yang
melompati salah satu dari tahap tersebut. Tiap tahap ditandai dengan munculnya
kemampuan-kemampuan intelektual baru yang memungkinkan orang memahami dunia
dengan cara yang semakin kompleks . Hal ini berarti bahwa perkembangan kognitif
seseorang merupakan suatu proses genetik. Artinya, perkembangan kognitif
merupakan proses yang didasarkan atas mekanisme biologis dari perkembangan
sistem syaraf. Semakin bertambah umur seseorang, maka semakin kompleks susunan
sel syarafnya dan semakin meningkat pula kemampuannya.
Berdasarkan hal tersebut Jean Piaget
berpandangan bahwa pada dasarnya setiap individu sejak kecil sudah memiliki
kemampuan untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Pengetahuan yang
dikonstruksi oleh anak sebagai subyek, maka akan menjadi pengetahuan yang
bermakna; sedangkan pengetahuan yang hanya diperoleh melalui proses
pemberitahuan tidak akan menjadi pengetahuan yang bermakna. Pengetahuan
tersebut hanya untuk diingat sementara, setelah itu dilupakan .
Kaitannya dengan proses belajar, Piaget
membagi proses belajar menjadi tiga tahapan, yaitu asimilasi, akomodasi, dan
equilibrasi. Asimilasi adalah proses penyatuan (pengintegrasian) informasi baru
ke struktur kognitif yang sudah ada dalam benak peserta didik. Akomodasi adalah
proses penyesuaian struktur kognitif dalam situasi yang baru. Sedangkan
equilibrasi adalah proses penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan
akomodasi.
Apabila seseorang menerima informasi atau
pengalaman baru, informasi tersebut akan dimodifikasi sesuai dengan struktur
kognitif yang telah dimilikinya. Proses ini disebut asimilasi. Sebaliknya,
apabila struktur kognitif yang harus disesuaikan dengan informasi yang
diterima, maka hal ini disebut akomodasi.
Teori Perkembangan Kognitif, dikembangkan oleh Bruner.
Salah satu teori belajar kognitif yang sangat
berpengaruh adalah teori Jerome Bruner yang dikenal dengan belajar penemuan
(discovery learning). Bruner menganggap bahwa belajar penemuan sesuai dengan
pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia, dan dengan sendirinya memberi
hasil yang paling baik. Berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta
pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar
bermakna. Selain itu, Burner juga melihat perkembangan kognitif manusia
berkaitan dengan kebudayaan. Bagi Bruner, perkembangan kognitif seseorang
sangat dipengaruhi oleh lingkungan kebudayaan, terutama bahasa yang biasanya
digunakan.
Menurut Bruner, belajar akan lebih bermakna
bagi peserta didik jika mereka memusatkan perhatiannya untuk memahami struktur
materi yang dipelajari. Untuk memperoleh struktur informasi, peserta didik
harus aktif di mana mereka harus mengidentifikasi sendiri prinsip-prinsip kunci
dari pada hanya sekedar menerima penjelasan dari guru. Oleh karena itu guru
harus memunculkan masalah yang mendorong peserta didik untuk melakukan kegiatan
penemuan .
Selain ide tentang belajar penemuan
(discovery learning), Bruner juga berbicara tentang adanya pengaruh
kebudayaan terhadap tingkah laku seseorang. Bruner menyatakan bahwa
perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui tiga tahap yang ditentukan oleh
caranya melihat lingkungan.Pertama, tahap enaktif, dimana individu melakukan
aktifitas dalam upaya memahami lingkungannya.Kedua, tahap ekonit, dimana individu melihat dunia
melalui gambar-gambar dan visualisasi verbal.Ketiga,tahap simbolik,
dimana individu mempunyai gagasan abstrak yang banyak dipengaruhi bahasa dan
logika berpikirnya. Komunikasi dalam hal ini dilakukan dengan pertolongan
sistem simbol .
Lebih lanjut, Bruner untuk mengajar sesuatu
tidak usah ditunggu sampai anak mancapai tahap perkembangan tertentu. Yang
penting bahan pelajaran harus ditata dengan baik maka dapat diberikan padanya.
Dengan lain perkataan perkembangan kognitif seseorang dapat ditingkatkan dengan
jalan mengatur bahan yang akan dipelajari dan menyajikannya sesuai dengan
tingkat perkembangannya. Penerapan teori Bruner yang terkenal dalam dunia
pendidikan adalah kurikulum spiral dimana materi pelajaran yang sama dapat
diberikan mulai dari Sekolah Dasar sampai Perguruan tinggi disesuaikan dengan
tingkap perkembangan kognitif mereka. Cara belajar yang terbaik menurut Bruner
ini adalah dengan memahami konsep, arti dan hubungan melalui proses intuitif
kemudian dapat dihasilkan suatu kesimpulan. (discovery learning).
Teori Perkembangan Kognitif, dikembangkan oleh David P. Ausubel
Menurut David P. Ausubel, secara umum
kelemahan teori belajar adalah menekankan pada belajar asosiasi atau menghafal,
dimana materi asosiasi dihafal secara arbitrase. Padahal, belajar seharusnya
merupakan asimilasi yang bermakna.Materi yang dipelajari diasimilasikan dan
dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki dalam struktur kognitifnya.
Ausubel memisahkan antara belajar bermakna
dengan belajar menghafal. Ketika seorang peserta didik melakukan belajar dengan
menghafal, maka ia akan berusaha menerima dan menguasai bahan yang diberikan
oleh guru atau yang dibaca tanpa makna. Hal ini berbeda dengan belajar
bermakna, dimana dalam belajar bermakna ini terdapat dua komponen penting,
yaitu bahan yang dipelajari, dan struktur kognitif yang ada pada
individu.Struktur kognitif ini adalah jumlah, kualitas, kejelasan dan
pengorganisasian dari pengetahuan yang sekarang dikuasai oleh individu.
Agar tercipta belajar bermakna, maka bahan
yang dipelajari harus bermakna: istilah yang mempunyai makna, konsep-konsep
yang bermakna, atau hubungan antara dua hal atau lebih yang mempunyai makna.
Selain itu, bahan pelajaran hendaknya dihubungkan dengan struktur kognitifnya
secara substansial dan dengan beraturan. Substansial berarti bahan yang
dihubungkan sejenis atau sama substansinya dengan yang ada pada struktur
kognitif. Beraturan berarti mengikuti aturan yang sesuai dengan sifat bahan
tersebut.
Menurut Ausubel siswa akan belajar dengan
baik jika isi pelajarannya didefinisikan dan kemudian dipresentasikan dengan
baik dan tepat kepada siswa (advanced organizer), dengan demikian akan mempengaruhi
pengaturan kemampuan belajar siswa. Advanced
organizer adalah konsep atau
informasi umum yang mewadahi seluruh isi pelajaran yang akan dipelajari oleh
siswa. Advanced organizer memberikan tiga manfaat
yaitu : Menyediakan suatu kerangka konseptual untuk materi yang akan
dipelajari. Berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan antara yang sedang
dipelajari dan yang akan dipelajari. Dapat membantu siswa untuk memahami bahan
belajar secara lebih mudah
Singkatnya, inti dari teori David P. Ausubel
tentang belajar adalah belajar bermakna, yaitu suatu proses dikaitkannya
informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif
seseorang
Pandangan Teori Kognitivisme terhadap Belajar Mengajar dan
Pembelajaran
Teori kognitif adalah teori yang umumnya
dikaitkan dengan proses belajar. Kognisi adalah kemampuan psikis atau mental
manusia yang berupa mengamati, melihat, menyangka, memperhatikan,menduga dan
menilai. Dengan kata lain, kognisi menunjuk pada konsep tentangpengenalan.
Teori kognitif menyatakan bahwa proses belajar terjadi karena adavariabel
penghalang pada aspek-aspek kognisi seseorang. Teori belajar kognitivlebih
mementingkan proses belajar daripada hasil belajar itu sendiri. Belajartidak
sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon, lebih dari itubelajar
melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Belajar adalah perubahan
persepsi dan pemahaman. Perubahan persepsi dan pemahaman tidak selalu berbentuk
perubahan tingkah laku yang bisa diamati.
Teori bermakna ausubel dan discovery Learningnya bruner
memiliki sisi pembeda. Dari sudut pandang Teori belajar Bermakna Ausubel
memandang bahwa justru ada bahaya jika siswa yang kurang mahir dalam suatu hal
mendapat penanganan dengan teori belajar discoveri, karena siswa cenderung
diberi kebebasan untuk mengkonstruksi sendiri pemahaman tentang segala sesuatu.
Oleh karenanya menurut teori belajar Bermakna guru tetap berfungsi sentral
sebatas membantu mengkoordinasikan pengalaman-pengalaman yang hendak diterima
oleh siswa namun tetap dengan koridor pembelajaran yang bermakna.
Dari poin diatas dapat pemakalah ambil garis
tengah bahwa beberapa teori belajar kognitif diatas, meskipun sama-sama
mengedepankan proses berpikir, tidak serta merta dapat diaplikasikan pada
konteks pembelajaran secara menyeluruh. Terlebih untuk menyesuaikan teori
belajar kognitif ini dengan kompleksitas proses dan sistem pembelajaran
sekarang maka harus benar-benar diperhatikan antara karakter masing-masing
teori dan kemudian disesuakan dengan tingkatan pendidikan maupun karakteristik
peserta didiknya.
Implementasi teori Kognitivisme Dalam Proses Pembelajaran
Adapun Implementasi Teori Kognitivisme dalam
dunia pendidikan yang lebih dispesifikasikan dalam Pembelajaran sesuai
denganTeori yang telah dikemukan diatas sebagai berikut:
Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam
pembelajaran adalah : Bahasa dan cara berfikir anak berbeda denganorang dewasa.
Oleh karena itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara
berfikir anak; Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi
lingkungan dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan
lingkungan sebaik-baiknya; Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan
baru tetapi tidak asing; Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap
perkembangannya. Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk
saling berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.
Implikasi Teori Bruner dalam Proses Pembelajaran:
Menghadapkan anak pada suatu situasi yang membingungkan atau suatu masalah;
anak akan berusaha membandingkan realita diluar dirinya dengan model mental
yang telah dimilikinya; dan dengan pengalamannya anak akan mencoba menyesuaikan
atau mengorganisasikan kembali struktur-struktur idenya dalam rangka untuk
mencapai keseimbangan di dalam benaknya.
Impilkasi Teori Bermakna Ausubel dalam pembelajaran adalah
seorang pendidik, mereka harus dapat memahami bagaimana cara belajar siswa yang
baik, sebab mereka para siswa tidak akan dapat memahami bahasa bila mereka
tidak mampu mencerna dari apa yang mereka dengar ataupun mereka tangkap.
Dan dari ketiga macam teori diatas jelas
masing-masing mempunya implikasi yang berbeda, namun secara umum teori
kognitivisme lebih mengarah pada bagaimana memahami struktur kognitif siswa.
Karena pada hakekatnya teori belajar kognitif adalah sebuah teori yang
cenderung melakuakn praktik yang mengarah pada intelektual peserta didik. Konsekuensi
dari teori ini adalah proses pembelajaran harus memberi ruang yang luas agar
peserta didik dapat mengembangkan kualitas intelektualnya. Penerapan teori ini
adalah guru harus memahami bahwa peserta didik bukan orang dewasa uyang mudah
dalam proses berpikirnya, anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar belajar
dengan menggunakan benda-benda konkrit, keaktifan peserta didik sangat
dipentingkan, guru menyusun materi dengan pola atau logikatertentu dari
sederhana ke kompleks, guru menciptakan pembelajaran yang bermakna,
memperhatikan perbedaan individual murid untuk mencapai keberhasilan peserta
didik.
Daftar pustaka
http://beritaactual.wordpress.com/2012/12/09/teori-kognitif-dan-implementasinya-dalam-proses-pembelajaran/. Diakses pada tanggal 17 april 2013
http://edukasi.kompasiana.com/2011/10/24/teori-belajar-kognitivisme-406223.html. Diakses pada tanggal 17 april 2013
http://fatinahmunir.blogspot.com/2012/11/penerapan-teori-belajar-kognitivisme.html. Diakses pada tanggal 17 April 2013
http://safnowandi.wordpress.com/2012/03/23/kognitivisme-dan-konstruktivistik/. Diakses pada tanggal 17 april 2013
http://www.al-alauddin.com/2012/05/teori-belajar-kognitivisme-dan.html. Diakses pada tanggal 17 April 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar