Mata
Kuliah Tekhnologi Pendidikan
Disusun Oleh:
1.
Akhmad Zaki Musthofa 02. 7829
2.
Purwoko 02. 7826
3.
G. Riyadi 02. 7843
5.
Surjani 02. 8002
6.
Udianto 02. 8110
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM MAMBA’UL ‘ULUM SURAKARTA
2013
DAFTAR ISI
Daftar Isi……………………………………………………………….... 1
Pengantar
……………………………………………………………........ 2
Bab 1Pendahuluan
…………………………………………………........... 3
1.1.
Latar Belakang Masalah
……………………………………. 3
1.2.
Rumusan Masalah
…………………………………………… 3
1.3.
Tujuan Penulisan
…………………………………………… 3
1.4.
Manfaat
……………………………………………………… 4
Bab II Pembahasan
…………………………………………………........... 4
2.1.
Pengertian Behaviorisme
……………………………............ 4
2.2.
Aplikasi Dalam
Pembelajaran Behaviorisme ……………..... 6
2.3.
Implikasi Teori Belajar
Behaviorisme ……………………... 7
2.4.
Tujuan Pembelajaran
Behaviorime
.......................................... 7
Bab III Penutup
............................................................................................ 8
3.1.
Kesimpulan
........................................................................... 8
3.2.
Saran
..................................................................................... 8
3.3.
Daftar Pustaka
....................................................................... 9
PENGANTAR
Dengan
mengucap syukur Alhamdulillah kami dapat menyelesaikan makalah ini sebagai
tugas yang diberikan oleh dosen pengampu mata kuliah Tekhnologi Pendidikan, Ibu
Siti Rofi’ah M. Pd. Kami berharap dengan adanya makalah ini dapat menambah
pemahaman khususnya kelompok kami dan mahasiswa Staimus pada umumnya mengenai
teori pendidikan behavioristik. Tentunya kami sadar bahwa makalah yang kami
susun jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kami berharap saran dan kritik untuk
kesempurnaan pemahaman teori pendidikan behavioristik ini. Sebagaimana kata
pepatah tiada gading yang tak retak. Semoga bermanfaat.
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Teori
belajar Behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner
tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.
Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh
terhadap arah pengembangan teori dan praktek pendidikan
dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran
behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak
sebagai hasil belajar.
Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang
yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan
menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan
semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
Menurut
teori behavioristik belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman (Gage, Berliner, 1984) Belajar merupakan akibat adanya interaksi
antara stimulus dan respon (Slavin, 2000). [i][1] Seseorang
dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan
perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa
stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan
guru kepada siswa, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan siswa terhadap
stimulus yang diberikan oleh guru tersebut.
Proses
yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena
tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus
dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa
yang diterima oleh siswa (respon) harus dapat diamati dan diukur. Teori ini
mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk
melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.
1.2. Rumusan Masalah
Mengkaji latar belakang diatas dapat diambil beberapa permasalahan
sebagai kajian dari pembuatan makalah ini yakni diantaranya :
1. Pengertian
Aliran Behavioristik
2. Apa implikasi dari teori
behavioristik
3. Apa tujuan
pembelajaran teori behavioristik
1.3. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan atau pembahasan makalah ini adalah, agar membuat
kita semua mengetahui bagaimana pengertian dari Behavioristik juga membuat kita
semua paham apa implikasi dan tujuan dari pembelajaran salah satu ilmu
psikologi pendidikan yaitu behavioristik. Sehingga kita semua dapat memahami juga
dapat menerapkan ilmu psikolog ini.
1.4. Manfaat
Manfaat yang dapat
diambil dari makalah ini adalah :
1. Kita
semua dapat
mengetahui implikasi pembelajaran dari teori behaviorisme
2. Untuk mengetahui penerapan dalam teori
behaviorisme
3. Untuk
mengetahui tujuan pembelajaran teori behaviorisme
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Teori Behaviorisme
Dalam
teori behaviorisme, ingin menganalisa hanya perilaku yang nampak saja, yang
dapat diukur, dilukiskan, dan diramalkan. Teori kaum behavoris lebih dikenal
dengan nama teori belajar, karena seluruh perilaku manusia adalah hasil
belajar. Belajar artinya perbahan perilaku organise sebagai pengaruh
lingkungan. Behaviorisme tidak mau memperoalkan apakah manusia baik atau jelek,
rasional atau emosional; behaviorisme hanya ingin mengetahui bagaimana
perilakunya dikendalian oleh faktor-faktor lingkungan. Dalam arti teori belajar
yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia. Memandang individu sebagai
makhluk reaktif yang memberi respon terhadap lingkungan. Pengalaman dan
pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka. Dari hal ini, timbulah konsep
”manusia mesin” (Homo Mechanicus). [ii][2]
Ciri
dari teori ini adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil, bersifat
mekanistis, menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau
respon, menekankan pentingnya latihan, mementingkan mekanisme hasil
belajar,mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah
munculnya perilaku yang diinginkan. Pada teori belajar ini sering disebut S-R
psikologis artinya bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran atau
reward dan penguatan atau reinforcement dari lingkungan. Dengan demikian dalam
tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi-reaksi
behavioural dengan stimulusnya. Guru yang menganut pandangan ini berpandapat
bahwa tingkahlaku siswa merupakan reaksi terhadap lingkungan dan tingkahl laku
adalah hasil belajar.
Kaum
behavioris menjelaskan bahwa belajar sebagai suatu proses perubahan tingkah
laku dimana reinforcement dan punishment menjadi stimulus untuk
merangsang pebelajar dalam berperilaku. Pendidik yang masih menggunakan
kerangka behavioristik biasanya merencanakan kurikulum dengan menyusun isi
pengetahuan menjadi bagian-bagian kecil yang ditandai dengan suatu keterampilan
tertentu. Kemudian, bagian-bagian tersebut disusun secara hirarki, dari yang
sederhana sampai yang komplek (Paul, 1997).
Pandangan
teori behavioristik telah cukup lama dianut oleh para pendidik. Namun dari
semua teori yang ada, teori Skinnerlah yang paling besar pengaruhnya terhadap
perkembangan teori belajar behavioristik. Program-program pembelajaran seperti Teaching
Machine, Pembelajaran berprogram, modul dan program-program pembelajaran
lain yang berpijak pada konsep hubungan stimulus-respons serta mementingkan
faktor-faktor penguat (reinforcement), merupakan program pembelajaran
yang menerapkan teori belajar yang dikemukakan Skiner.
Faktor lain yang dianggap penting
oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement). Bila
penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat.
Begitu pula bila respon dikurangi/dihilangkan (negative reinforcement) maka
responpun akan semakin kuat. Beberapa prinsip dalam teori belajar
behavioristik, meliputi:
1.
Reinforcement
and Punishment
2.
Primary and
Secondary Reinforcement
3.
Schedules of
Reinforcement
4.
Contingency
Management
5.
Stimulus
Control in Operant Learning
Prinsip-prinsip teori behaviorisme
1.
Obyek psikologi
adalah tingkah laku
2.
semua bentuk
tingkah laku di kembalikan pada reflek
3.
mementingkan
pembentukan kebiasaan
Ciri-ciri
Teori Belajar Behavioristik. Untuk mempermudah mengenal teori belajar behavioristik dapat
dipergunakan ciri-cirinya yakni
1.
Mementingkan pengaruh lingkungan (environmentalistis)
2.
Mementingkan bagian-bagian (elentaristis)
3.
Mementingkan peranan reaksi (respon)
4.
Mementingkan mekanisme terbentuknya hasil belajar
5.
Mementingkan hubungan sebab akibat pada waktu yang lalu
6.
Mementingkan pembentukan kebiasaan.
7.
Ciri khusus dalam pemecahan masalah dengan “mencoba dan
gagal’ atau trial and error.
2.2. Aplikasi dalam Pembelajaran
Behaviorisme
Aliran
psikologi belajar yang sangat besar pengaruhnya terhadap arah pengembangan
teori dan praktek pendidikan dan pembelajaran hingga kini adalah aliran
behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak
sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus
responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon
atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode drill atau pembiasaan semata.
Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan reinforcement dan akan
menghilang bila dikenai hukuman.
Aplikasi
teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal
seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik pebelajar,
media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia. Pembelajaran yang dirancang dan
berpijak pada teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif,
pasti, tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi,
sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah
memindahkan pengetahuan (transfer of knowledge) ke orang yang belajar
atau pebelajar. Fungsi mind atau pikiran adalah untuk menjiplak struktur
pengetahuan yag sudah ada melalui proses berpikir yang dapat dianalisis dan
dipilah, sehingga makna yang dihasilkan dari proses berpikir seperti ini
ditentukan oleh karakteristik struktur pengetahuan tersebut. Pebelajar
diharapkan akan memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang
diajarkan. Artinya, apa yang dipahami oleh pengajar atau guru itulah yang harus
dipahami oleh murid.
Demikian
halnya dalam pembelajaran, pebelajar dianggap sebagai objek pasif yang selalu
membutuhkan motivasi dan penguatan dari pendidik. Oleh karena itu, para
pendidik mengembangkan kurikulum yang terstruktur dengan menggunakan
standar-standar tertentu dalam proses pembelajaran yang harus dicapai oleh para
pebelajar. Begitu juga dalam proses evaluasi belajar pebelajar diukur hanya
pada hal-hal yang nyata dan dapat diamati sehingga hal-hal yang bersifat tidak
teramati kurang dijangkau dalam proses evaluasi.
Implikasi
dari teori behavioristik dalam proses pembelajaran dirasakan kurang memberikan
ruang gerak yang bebas bagi pebelajar untuk berkreasi, bereksperimentasi dan
mengembangkan kemampuannya sendiri. Karena sistem pembelajaran tersebut
bersifat otomatis-mekanis dalam menghubungkan stimulus dan respon sehingga
terkesan seperti kinerja mesin atau robot. Akibatnya pebelajar kurang mampu
untuk berkembang sesuai dengan potensi yang ada pada diri mereka.
Karena
teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan telah terstruktur rapi dan
teratur, maka pebelajar atau orang yang belajar harus dihadapkan pada
aturan-aturan yang jelas dan ditetapkan terlebih dulu secara ketat. Pembiasaan
dan disiplin menjadi sangat esensial dalam belajar, sehingga pembelajaran lebih
banyak dikaitkan dengan penegakan disiplin. Kegagalan atau ketidakmampuan dalam
penambahan pengetahuan dikategorikan sebagai kesalahan yang perlu dihukum dan
keberhasilan belajar atau kemampuan dikategorikan sebagai bentuk perilaku yang
pantas diberi hadiah. Demikian juga, ketaatan pada aturan dipandang sebagai
penentu keberhasilan belajar. Pebelajar atau peserta didik adalah objek yang
berperilaku sesuai dengan aturan, sehingga kontrol belajar harus dipegang oleh
sistem yang berada di luar diri pebelajar.
2.3
Implikasi Teori Belajar Behaviorisme
Kurikulum
berbasis filsafat behaviorisme tidak sepenuhnya dapat diimplementasikan dalam
sistem pendidikan nasional, terlebih lagi pada jenjang pendidikan usia dewasa.
Tetapi behaviorisme dapat diterapkan untuk metode pembelajaran bagi anak yang
belum dewasa. Karena hasil eksperimentasi bihavioristik cenderung
mengesampingkan aspek-aspek potensial dan kemampuan manusia yang dilahirkan.
Bahkan bihaviorisme cenderung menerapkan sistem pendidikan yang berpusat pada
manusia baik sebagai subjek maupun objek pendidikan yang netral etik dan
melupakan dimensi-dimensi spiritualitas sebagai fitrah manusia. Oleh karena itu
behaviorisme cenderung antropomorfis skularistik.
2.4
Tujuan Pembelajaran Behaviorisme
Tujuan
pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada penambahan
pengetahuan, sedangkan belajar sebagi aktivitas “mimetic”, yang menuntut
pebelajar untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam
bentuk laporan, kuis, atau tes. Penyajian isi atau materi pelajaran menekankan
pada ketrampian yang terisolasi atau akumulasi fakta mengikuti urutan dari
bagian ke keseluruhan. Pembelajaran mengikuti urutan kurikulum secara ketat,
sehingga aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada buku teks/buku wajib
dengan penekanan pada ketrampilan mengungkapkan kembali isi buku teks/buku
wajib tersebut. Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil belajar.
Evaluasi
menekankan pada respon pasif, ketrampilan secara terpisah, dan biasanya
menggunakan paper and pencil test. Evaluasi hasil belajar menuntut jawaban yang
benar. Maksudnya bila pebelajar menjawab secara “benar” sesuai dengan keinginan
guru, hal ini menunjukkan bahwa pebelajar telah menyelesaikan tugas belajarnya.
Evaluasi belajar dipandang sebagi bagian yang terpisah dari kegiatan
pembelajaran, dan biasanya dilakukan setelah selesai kegiatan pembelajaran.
Teori ini menekankan evaluasi pada kemampuan pebelajar secara individual.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Belajar
merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang
dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan
perilakunya. Menurut teori behviorisme dalam belajar yang penting adalah input
yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja
yang diberikan guru kepada pebelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau
tanggapan pebelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses
yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena
tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus
dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa
yang diterima oleh pebelajar (respon) harus dapat diamati dan diukur. Teori ini
mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk
melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.
Faktor
lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan
(reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka
respon akan semakin kuat. Begitu pula bila respon dikurangi/dihilangkan
(negative reinforcement) maka respon juga semakin kuat.
3.2 Saran
Kami menyadari bawasannya penyusun dari makalah ini hanyalah manusia yang
tidak luput dari kesalahan dan kekurangan, sedangkan kesempurnaan hanya milik
Allah Swt hingga dalam penulisan dan penyusunannya masih jauh dari kata
sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang konstruktif akan senantiasa penyusun nanti
dalam upaya evaluasi diri.
Akhirnya
kami hanya bisa berharap, bahwa dibalik ketidaksempurnaan penulisan dan
penyusunan makalah ini adalah ditemukan sesuatu yang dapat memberikan manfaat
atau bahkan hikmah bagi penyusun, pembaca, dan bagi semua mahasiswa Sekolah Tinggi
Agama Islam Mamba’ul ‘Ulum Surakarta..
DAFTAR PUSTAKA
http: //zidandemak.blogspot.com/2011/12/teori-belajar-behavioristik.html
http: //muhammad-win-afgani.blogspot.com/2008/06/teori-belajar-aliran-behavioristik.html
http: //psikologi.or.id/
http: //id.wikipedia.org/wiki/behaviorisme\