TUGAS TEKNOLOGI PENDIDIKAN
TEORI BELAJAR BEHAVIORISME
DI SUSUN OLEH :
1. THOHA BUDIN MAHMUD
2. MUH FAHRI YUNIAR
3. MUH AZRINUDIN
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Belajar merupakan aktifitas individu yang melakukan belajar, yaitu proses
kerja faktor internal. Menurut Peaget belajar adalah proses penyesuaian atau
adaptasi melalui asimilasi dan akomodasi antara stimulasi dengan unit dasar
kognisi seseorang yang oleh Peaget menjadi schema. Menurut pandangan psikologi
behavioristik merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon.
Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika yang bersangkutan dapat
menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini yang penting dalam belajar
adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon.
Jika ditinjau dari konsep atau teori, teori behavioristik ini tentu berbeda
dengan teori yang lain. Hal ini dapat kita lihat dalam pembelajaran
sehari-hari dikelas. Ada berbagai asumsi atau pandangan yang muncul tentang
teori behavioristik. Teori behavioristik memandang bahwa belajar adalah
mengubah tingkah laku siswa dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak mengerti
menjadi mengerti, dan tugas guru adalah mengontrol stimulus dan lingkungan
belajar agar perubahan mendekati tujuan yang diinginkan, dan guru pemberi
hadiah siswa yang telah mampu memperlihatkan perubahan bermakna sedangkan
hukuman diberikan kepada siswa yang tidak mampu memperlihatkan perubahan makna.
Oleh karenanya kami menyusun makalah Teori Belajar menrut Aliran
Behavioristik yang juga dilatar belakangi oleh rasa ingin tahu kami yang ingin
mengetahui lebih lanjut lagi tentang Teori Behavioristik dan diharapkan tidak
lagi muncul asumsi yang keliru tentang pendekatan behaviorisme tersebut,
sehingga pembaca memang benar-benar mengerti apa dan bagimana pendekatan
behaviorisme.
TEORI BELAJAR BEHAVIORI
Behaviorisme
adalah teori perkembangan perilaku, yang dapat diukur, diamati dan dihasilkan
oleh respons pelajar terhadap rangsangan. Tanggapan terhadap rangsangan dapat
diperkuat dengan umpan balik positif atau negatif terhadap perilaku kondisi
yang diinginkan. Hukuman kadang-kadang digunakan dalam menghilangkan atau
mengurangi tindakan tidak benar, diikuti dengan menjelaskan tindakan yang diinginkan.
Pendidikan
behaviorisme merupakan kunci dalam mengembangkan keterampilan dasar dan
dasar-dasar pemahaman dalam semua bidang subjek dan manajemen
kelas. Ada ahli yang menyebutkan bahwa teori belajar behavioristik adalah
perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret.
Ciri dari teori belajar behaviorisme
adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil, bersifat mekanistis,
menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau respon,
menekankan pentingnya latihan, mementingkan mekanisme hasil belajar,mementingkan
peranan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah munculnya perilaku
yang diinginkan. Guru yang menganut pandangan ini berpandapat bahwa tingkahlaku
siswa merupakan reaksi terhadap lingkungan dan tingkahl laku adalah hasil
belajar.
Ada
beberapa tokoh teori belajar behaviorisme.
Tokoh-tokoh aliran behavioristik tersebut antaranya adalah Thorndike,
Watson, Clark Hull, Edwin Guthrie, dan Skinner. Berikut akan dibahas
karya-karya para tokoh aliran behavioristik dan analisis serta peranannya dalam
pembelajaran.
B. Teori
Belajar Behaviorisme
Menurut
Thorndike, belajar
adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus adalah apa yang
merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal
lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon adalah reaksi
yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran,
perasaan, atau gerakan/tindakan. Jadi perubahan tingkah laku akibat kegiatan
belajar dapat berwujud konkrit, yaitu yang dapat diamati, atau tidak konkrit
yaitu yang tidak dapat diamati. Meskipun aliran behaviorisme sangat
mengutamakan pengukuran, tetapi tidak dapat menjelaskan bagaimana cara mengukur
tingkah laku yang tidak dapat diamati. Teori Thorndike ini disebut pula dengan
teori koneksionisme (Slavin, 2000).
Ada
tiga hukum belajar yang utama, menurut Thorndike yakni (1) hukum efek; (2)
hukum latihan dan (3) hukum kesiapan (Bell, Gredler, 1991). Ketiga hukum ini
menjelaskan bagaimana hal-hal tertentu dapat memperkuat respon.
Watson
mendefinisikan belajar
sebagai proses interaksi antara stimulus dan
respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud harus dapat diamati
(observable) dan dapat diukur. Jadi walaupun dia mengakui adanya
perubahan-perubahan mental dalam diri seseorang selama proses belajar, namun
dia menganggap faktor tersebut sebagai hal yang tidak perlu diperhitungkan
karena tidak dapat diamati. Watson adalah seorang behavioris murni, karena
kajiannya tentang belajar disejajarkan dengan ilmu-ilmu lain seperi Fisika atau
Biologi yang sangat berorientasi pada pengalaman empirik semata, yaitu sejauh
mana dapat diamati dan diukur.
Clark
Hull juga menggunakan variabel hubungan antara stimulus dan respon untuk
menjelaskan pengertian belajar.
Namun dia sangat terpengaruh oleh teori evolusi Charles Darwin. Bagi Hull,
seperti halnya teori evolusi, semua fungsi tingkah laku bermanfaat terutama
untuk menjaga agar organisme tetap bertahan hidup. Oleh sebab itu Hull
mengatakan kebutuhan biologis (drive) dan pemuasan kebutuhan biologis (drive
reduction) adalah penting dan menempati posisi sentral dalam seluruh kegiatan
manusia, sehingga stimulus (stimulus dorongan) dalam belajarpun hampir selalu
dikaitkan dengan kebutuhan biologis, walaupun respon yang akan muncul mungkin
dapat berwujud macam-macam. Penguatan tingkah laku juga masuk dalam teori ini,
tetapi juga dikaitkan dengan kondisi biologis (Bell, Gredler, 1991).
Azas
belajar Guthrie yang utama adalah hukum kontiguiti. Yaitu gabungan
stimulus-stimulus yang disertai suatu gerakan, pada waktu timbul kembali
cenderung akan diikuti oleh gerakan yang sama (Bell, Gredler, 1991). Guthrie
juga menggunakan variabel hubungan stimulus dan respon untuk menjelaskan
terjadinya proses belajar. Belajar terjadi karena gerakan terakhir yang
dilakukan mengubah situasi stimulus sedangkan tidak ada respon lain yang dapat
terjadi. Penguatan sekedar hanya melindungi hasil belajar yang baru agar tidak
hilang dengan jalan mencegah perolehan respon yang baru. Hubungan antara
stimulus dan respon bersifat sementara, oleh karena dalam kegiatan belajar
peserta didik perlu sesering mungkin diberi stimulus agar hubungan stimulus dan
respon bersifat lebih kuat dan menetap. Guthrie juga percaya bahwa hukuman
(punishment) memegang peranan penting dalam proses belajar. Hukuman yang
diberikan pada saat yang tepat akan mampu mengubah tingkah laku seseorang.
Saran
utama dari teori ini adalah guru harus dapat mengasosiasi stimulus respon
secara tepat. Pebelajar harus dibimbing melakukan apa yang harus dipelajari.
Dalam mengelola kelas guru tidak boleh memberikan tugas yang mungkin diabaikan
oleh anak (Bell, Gredler, 1991).
Konsep-konsep
yang dikemukanan Skinner tentang belajar lebih mengungguli konsep para tokoh
sebelumnya. Ia mampu menjelaskan konsep belajar secara sederhana, namun
lebihkomprehensif. Menurut Skinner hubungan antara stimulus dan respon yang
terjadi melalui interaksi dengan lingkungannya, yang kemudian menimbulkan
perubahan tingkah laku, tidaklah sesederhana yang dikemukakan oleh tokoh tokoh
sebelumnya. Menurutnya respon yang diterima seseorang tidak sesederhana itu,
karena stimulus-stimulus yang diberikan akan saling berinteraksi dan interaksi
antar stimulus itu akan mempengaruhi respon yang dihasilkan. Respon yang
diberikan ini memiliki konsekuensi-konsekuensi. Konsekuensi-konsekuensi inilah
yang nantinya mempengaruhi munculnya perilaku (Slavin, 2000). Oleh karena itu
dalam memahami tingkah laku seseorang secara benar harus memahami hubungan antara
stimulus yang satu dengan lainnya, serta memahami konsep yang mungkin
dimunculkan dan berbagai konsekuensi yang mungkin timbul akibat respon
tersebut. Skinner juga mengemukakan bahwa dengan menggunakan
perubahan-perubahan mental sebagai alat untuk menjelaskan tingkah laku hanya
akan menambah rumitnya masalah. Sebab setiap alat yang digunakan perlu
penjelasan lagi, demikian seterusnya.
Aliran psikologi belajar
yang sangat besar pengaruhnya terhadap arah pengembangan teori dan praktek
pendidikan dan pembelajaran hingga kini adalah aliran behavioristik. Aliran ini
menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori
behavioristik dengan model hubungan stimulus responnya, mendudukkan orang yang
belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan
menggunakan metode drill atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan
semakin kuat bila diberikan reinforcement dan akan menghilang bila dikenai
hukuman.
Aplikasi teori belajar behaviorisme dalam
kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti: tujuan
pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik pebelajar, media dan
fasilitas pembelajaran yang tersedia. Pembelajaran yang dirancang dan berpijak
pada teori behaviorisme memandang bahwa pengetahuan adalah
obyektif, pasti, tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan
rapi, sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah
memindahkan pengetahuan (transfer of knowledge) ke orang yang belajar atau
pebelajar. Fungsi mind atau pikiran adalah untuk menjiplak struktur pengetahuan
yag sudah ada melalui proses berpikir yang dapat dianalisis dan dipilah,
sehingga makna yang dihasilkan dari proses berpikir seperti ini ditentukan oleh
karakteristik struktur pengetahuan tersebut. Pebelajar diharapkan akan memiliki
pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa yang
dipahami oleh pengajar atau guru itulah yang harus dipahami oleh murid.
Metode
behaviorisme ini sangat cocok untuk perolehan kemampaun yang membuthkan
praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti : Kecepatan,
spontanitas, kelenturan, reflek, daya tahan dan sebagainya, contohnya:
percakapan bahasa asing, mengetik, menari, menggunakan komputer, berenang,
olahraga dan sebagainya. Teori ini juga cocok diterapkan untuk melatih
anak-anak yang masih membutuhkan dominansi peran orang dewasa, suka mengulangi
dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan
langsung seperti diberi permen atau pujian.
C. KELEMAHAN
DAN KELEBIHAN TEORI BEHAVIORIS
1.
Keunggulan Teori Behavioristik
·
Teori ini cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang
masih membutuhkan dominansi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus
dibiasakan, suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung
seperti diberi permen atau pujian.
·
Membiasakan guru untuk bersikap jeli dan peka pada
situasi dan kondisi belajar
2.
Kelemahan Teori Behavioristik
Kelemahan teori behaviorisme adalah sebagai berikut.
·
Pembelajaran siswa yang berpusat pada guru (teacher
centered learning), bersifat mekanistik, dan hanya berorientasi pada hasil yang diamati dan diukur.
·
Murid hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru
dan menghafalkan apa yang didengar dan dipandang sebagai cara
belajar yang efektif. Penggunaan hukuman sebagai salah satu cara untuk
mendisiplinkan siswa (teori skinner) baik hukuman verbal maupun fisik seperti
kata – kata kasar, ejekan , jeweran yang justru berakibat buruk pada
siswa.
3. IMPLIKASI TEORI
BEHAVIORIS TERHADAP PROSES PEMBELAJARAN
Perhubungan
antara rangsangan dengan gerak balas kerap berlaku dalam situasi pengajaran
pembelajaran dalam bilik darjah. Oleh karena itu, tingkah laku kanak-kanak
semasa proses pengajaran dan pembelajaran sangat bergantung kepada pertalian
antara peneguhan guru dan gerak balas kanak-kanak dalam bilik darjah. Prinsip perhubungan menyarankan bahawa
sesuatu pembelajaran boleh berlaku
apabila perkara-perkara mempunyai pertalian di antara satu sama lain.
Melalui kaedah pembelajaran ini, seseorang itu dapat menghubungkaitkan satu
idea dengan idea yang lain, satu pengalaman dengan pengalaman yang lain ataupun
antara perkara-perkara yang berkaitan.
Oleh karena itu
dapat kita simpulkan
1.
apabila sesuatu perkara timbul (ransangan),
perkara yang lain (gerak balas) dapat diingatkan. Implikasi Skinner dalam bilik
darjah ialah pemberian peneguhan yang positif seperti pujian, motivasi dan lain
–lain
2.
menggunakan prinsip penghapusan dalam bilik darjah
3.
serta motivasi membangkitkan tingkah laku
positif.
Bagi implikasi
Behavioris pula adalah menghubungkaitkan perkara yang positif dan menyenangkan
dengan tugasan pembelajaran.berikan
peneguhan yang banyak ketika mewujudkan tingkah laku yang baru; serta
menggalakkan pelajar berdamping situasi yang menakutkan sekiranya tindakan itu
tidak menimbulkan hasil yang negatif.
BAB III
PENUTUP
Dalam konsep
Behavioral, perilaku manusia merupakan hasil belajar, sehingga dapat di ubah
dengan memanipulasi dan mengkreasi kondisi-kondisi belajar. Teori behaviorisme
sangat menekankan perilaku atau tingkah laku yang dapat di amati. Teori-teori
dalam rumpun ini sangat bersifat molekular, karena memandang kehidupan individu
terdiri atas unsur-unsur seperti halnya molekul-molekul
Ciri dari
teori ini adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil, bersifat
mekanistis, menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau
respon, menekankan pentingnya latihan,mementingkan mekanisme hasil belajar,
mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah
munculnya perilaku yang diinginkan. Pada teori belajar ini sering disebut S-R
psikologis artinya bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran atau
reward dan penguatan atau reinforcement dari lingkungan. Dengan demikian dalam
tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi-reaksi
behavioural dengan stimulusnya. Guru yang menganut pandangan ini berpandapat
bahwa tingkah laku siswa merupakan reaksi terhadap lingkungan dan tingkah laku
adalah hasil belajar.
B. SARAN dan KRITIK
Dalam penyusunan makalah ini kami merasa
masih sangat jauh dari kata sempurna oleh karena itu kami siap menerima kritik
dan saran dari rekan rekan semua yang sifatnya membangun, agar di kemudian hari
kami bisa membuat dan menyempurnakan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar