MAKALAH
Teori Belajar Kognitivisme
Disusun Oleh :
1.
Wahyu Widiyati (02.7849)
2.
Imas Septyani Guntur (02.8047)
5.
Istianah (02.8149)
6.
Umi Hani’ah (02.8183)
7.
Triningsih Karimah (02.8184)
8.
Fauzun Nurish S (02.9369)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MAMBA’UL ULUM
SURAKARTA (STAIMUS)
TARBIYAH
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Istilah “Cognitive” berasal dari kata
cognition artinya adalah pengertian, mengerti. Pengertian yang luasnya
cognition (kognisi) adalah perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan.
Dalam perkembangan selanjutnya, kemudian istilah kognitif ini menjadi populer
sebagai salah satu wilayah psikologi manusia /satu konsep umum yang mencakup
semua bentuk pengenalan yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan
dengan masalah pemahaman, memperhatikan, memberikan, menyangka, pertimbangan,
pengolahan informasi, pemecahan masalah, pertimbangan, membayangkan,
memperkirakan, berpikir dan keyakinan. Termasuk kejiwaan yang berpusat di otak
ini juga berhubungan dengan konasi (kehendak) dan afeksi (perasaan) yang
bertalian dengan rasa. Menurut para ahli jiwa aliran kognitifis, tingkah laku
seseorang itu senantiasa didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau
memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apakah yang
dimaksud dengan Teori Kognitivisme?
2.
Bagaimanakah
Pandangan Teori Kognitivisme terhadap Belajar Mengajar dan Pembelajaran?
3.
Bagaimanakah
Aplikasi dan Implikasi Teori Kognitivisme dalam Pendidikan?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Teori Kognitivisme
Teori kognitif adalah teori yang umumnya dikaitkan
dengan proses belajar. Kognitif adalah kemampuan psikis atau mental manusia
yang berupa mengamati, melihat, menyangka, memperhatikan, menduga dan menilai.
Dengan kata lain, kognitif menunjuk pada konsep tentang pengenalan. Teori
kognitif menyatakan bahwa proses belajar terjadi karena ada variabel penghalang
pada aspek-aspek kognitif seseorang. Teori belajar kognitiv lebih mementingkan
proses belajar daripada hasil belajar itu sendiri. Belajar tidak sekedar
melibatkan hubungan antara stimulus dan respon, lebih dari itu belajar
melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks.
Belajar adalah perubahan persepsi dan
pemahaman. Perubahan persepsi dan pemahaman tidak selalu berbentuk perubahan
tingkah laku yang bias diamati. Dari beberapa teori belajar kognitif diatas
(khusunya tiga dipenjelasan awal) dapat pemakalah ambil sebuah sintesis bahwa
masing-masing teori memiliki kelebihan dan kelemahan jika diterapkan dalam
dunia pendidikan juga pembelajaran. Jika keseluruhan teori diatas memiliki
kesamaan yang sama-sama dalam ranah psikologi kognitif, maka disisi lain juga
memiliki perbedaan jika diaplikasikan dalam proses pendidikan. Sebagai misal,
Teori bermakna ausubel dan discovery Learningnya bruner memiliki sisi pembeda.
Dari sudut pandang Teori belajar Bermakna Ausubel memandang bahwa justru ada
bahaya jika siswa yang kurang mahir dalam suatu hal mendapat penanganan dengan
teori belajar discoveri, karena siswa cenderung diberi kebebasan untuk
mengkonstruksi sendiri pemahaman tentang segala sesuatu. Oleh karenanya menurut
teori belajar Bermakna guru tetap berfungsi sentral sebatas membantu
mengkoordinasikan pengalaman-pengalaman yang hendak diterima oleh siswa namun
tetap dengan koridor pembelajaran yang bermakna.
Dari poin diatas dapat pemakalah ambil garis
tengah bahwa beberapa teori belajar kognitif diatas, meskipun sama-sama mengedepankan
proses berpikir, tidak serta merta dapat diaplikasikan pada konteks
pembelajaran secara menyeluruh. Terlebih untuk menyesuaikan teori belajar
kognitif ini dengan kompleksitas proses dan sistem pembelajaran sekarang maka
harus benar-benar diperhatikan antara karakter masing-masing teori dan kemudian
disesuaikan dengan tingkatan pendidikan maupun karakteristik peserta didiknya.
B.
Peranan
Model Kognitivisme dalam Pembelajaran
1. Belajar :
Belajar kognitif
Karakteristik
Teori :
Belajar
adalah perubahan persepsi dan pemahaman. Perubahan persepsi dan pemahaman tidak
selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang bisa diamati. Setiap orang telah
mempunyai pengalaman dan pengetahuan didalam dirinya.
2. Belajar :
Kognitif Bruner
Karakteristik
Teori :
Model
ini sangat membebaskan peserta didik untuk belajar sendiri. Teori ini
mengarahkan peserta didik untuk belajar secara discovery learning.
Langkah penerapan dalam pembelajaran :
Langkah penerapan dalam pembelajaran :
1) Menentukan tujuan-tujuan
instruksional
2) Memilih
materi pelajaran
3) Menentukan
topik-topik yang akan dipeserta didik
4) Mencari
contoh-contoh, tugas, ilustrasi dsbnya, yang dapat digunakan peserta didik untuk bahan
belajar
5) Mengatur
topik peserta didik dari konsep yang paling kongkrit ke yang abstrak, dari yang
sederhana ke kompleks
6) Mengevaluasi
proses dan hasil belajar
3. Belajar :
Bermakna Ausubel
Karakteristik
Teori :
Dalam
aplikasinya menuntut peserta didik belajar secara deduktif (dari umum ke
khusus) dan lebih mementingkan aspek struktur kognitif peserta didik.
Langkah
penerapan dalam pembelajaran :
1) Menentukan tujuan-tujuan
instruksional
2) Mengukur
kesiapan peserta didik (minat, kemampuan, struktur kognitif) baik melalui tes
awal, interview, pertanyaan dll.
3) Memilih
materi pelajaran dan mengaturnya dalam bentuk penyajian konsep-konsep kunci
4) Mengidentifikasikan
prinsip-prinsip yang harus dikuasai peserta didik dari materi tsb.
5) Menyajikan
suatu pandangan secara menyeluruh tentang apa yang harus dikuasai peserta didik.
6) Membuat dan
menggunakan "advanced organizer" paling tidak dengan cara membuat
rangkuman terhadap materi yang baru disajikan, dilengkapi dengan uraian singkat
yang menunjukkan relevansi (keterkaitan) materi yang sudah diberikan dengan
yang akan diberikan.
7) Mengajar
peserta didik untuk memahami konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang sudah
ditentukan dengan memberi fokus pada hubungan yang terjalin antara konsep yang
ada
8) Mengevaluasi
proses dan hasil belajar
C. Tokoh –
tokoh Teori Belajar Kognitif
Tokoh-tokoh aliran kognitif di antaranya adalah Thorndike, Watson,
Clark L. Hull, Edwin Guthrie, dan Skinner. Berikut akan dibahas karya-karya
para tokoh aliran kognitivisme, antara lain:
1. Piaget
Menurut Piaget dalam buku “Teknologi Pembelajaran” dari Drs. Bambang
Warsita (2008:69) yang menjelaskan bahwa perkembangan kognitif merupakan suatu
prosess genetika yaitu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis yaitu
perkembangan sistem syaraf. Dalam buku “Psikologi Pendidikan” karya Wasty
Soemanto (1997:123) yang menyatakan teori belajar piaget disebut
cognitive-development yang memandang bahwa proses berfikir sebagai aktivitas
gradual dari pada fungsi intelektual dari kongkrit. Belajar terdiri dari tiga
tahapan yaitu : asimilasi, akomodasi dan equilibrasi. Piaget juga mengemukakan
bahwa proses belajar harus disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif yang
dilalui siswa. Proses belajar yang dialami seorang anak berbeda pada tahap satu
tahap lainnya yang secara umum semakin tinggi tingkat kognitif seseorang maka
semakin teratur dan juga semakin abstrak cara berpikirnya. Oleh karena itu guru
seharusnya memahami tahap-tahap perkembangan kognitif anak didiknya serta
memberikan isi, metode, media pembelajaran yang sesuai dengan tahapannya.
Langkah-langkah
pembelajaran dalam merancang pembelajaran menurut Piaget, antara lain:
1) menentukan
tujuan pembelajaran;
2) memilih
materi pembelajaran;
3) menentukan
topik-topik yang dapat dipelajari oleh peserta didik;
4) menentukan
dan merancang kegiatan pembelajaran sesuai topik;
5) mengembangkan
metode pembelajaran;
6) melakukan
penilaian proses dan hasil peserta didik.
2.
David
Ausubel
Menurut Ausubel dalam buku karya Drs. Bambang Warsita bahwa
“belajar haruslah bermakna, materi yang dipelajari diasimilasi secara
nonarbitrer dan berhubungan dengan pengetahuan yang dimiliki
sebelumnya”(2008:72). Hal ini berari bahwa pembelajaran bermakna merupakan
suatu proses yang dikaitkan dengan informasi baru pada konsep-konsep relevan
yang terdapat dalam struktur kognitif peserta didik. Dimana Proses belajar
tidak sekedar menghafal konsep-konsep atau fakta-fakta saja, tetapi merupakan
kegiatan yang menghubungkan konsep-konsep untuk menghasilkan pemahaman yang
utuh sehingga konsep yang dipelajari akan dipahami secara baik dan tidak mudah
dilupakan. Jadi guru harus menjadi perancang pembelajaran dan pengembang
program pembelajaran dengan berusaha mengetahui dan menggali konsep-konsep yang
dimiliki peserta didik dan membantu memadukan secara harmonis dengan
pengetahuan baru yang dipelajari.
Langkah-langkah pembelajaran bermakna menurut Ausebel, dalam
merancang pembelajaran antara lain:
1) menentukan
tujuan pembelajaran;
2) melakukan
identifikasi peserta didik;
3) memilih
materi pembelajaran sesuai karakteristik peserta didik dan mengaturnya dalam
bentuk konsep inti;
4) menentukan
topik peserta didik dalam bentuk advance organizers;
5) mengembangkan
bahan belajar untuk dipelajari peserta didik;
6) mengatur
topik pembelajaran dari yang sederhana ke kompleks;
7) melakukan
penilaian proses dan hasil belajar peserta didik.
3. Jerome
Bruner
Berdasarkan Drs. Wasty Soemanto (1997:127) dan Drs. Bambang
warsita (2008:71) dimana Jarome Bruner mengusulkana teori yang disebutnya free
discovery learning. Teori ini bertitik tolak pada teori kognitif, yang
menyatakan belajar adalah perubahan persepsi dan pemahan. Maksudnya, teori ini
menjelaskan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika
guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu aturan termasuk
konsep, teori, ide, definisi dan sebagainya melalui contoh-contoh yang
menggambarkan atau mewakili aturan yang menjadi sumbernya.
Keuntungan belajar menemukan : Menimbulkan rasa ingin tahu siswa
sehingga dapat memotivasi siswa sehingga dapat menemukan jawabannya.
Menimbulkan keterampilan memecahkan masalahnya secara mandiri dan mengharuskan
siswa untuk menganalisis dan memanipulasi informasi. Menurut Burner ada tiga
tahap perkembangan kognitif seseorang yang ditentukan oleh cara melihat
lingkungan, antara lain: tahap pertama enaktif yaitu peserta didik melakukan
aktivitas dalam usaha memahami lingkungan; tahap kedua, ikonik yaitu peserta
didik melihat dunia melalui gambar dan visualisasi verbal; tahap yang ketiga,
simbolok yaitu peserta didik mempunyai gagasan abstrak dimana komunikasi
dibantu sistem simbolik.
Langkah-langkah pembelajaran dalam merancang pembelajaran menurut
Bruner antara lain:
1) menentukan
tujuan pembelajaran;
2) melakukan
identifikasi peserta didik;
3) memilih
materi pembelajaran;
4) menentukan
topik secara induktif;
5) mengembangkan
bahan belajar untuk dipelajari peserta didik;
6) mengatur
topik pembelajaran dari yang sederhana ke kompleks;
7) melakukan
penilaian proses dan hasil belajar peserta didik.
4. Albert
Bandura
Bandura berpendapat tentang teori kognitif sosial. Seperti yang
dijelaskan dalam buku karya John W. Santrock (2007:285) yang menyatakan bahwa
teori Kognitif Sosial (Social Cognitive Theory) merupakan faktor sosial dan
kognitif dan juga faktor perilaku, memainkan peran penting dalam pembelajaran.
Hal ini berarti bahwa faktor kognitif berupa ekspektasi murid untuk meraih
keberhasilan sedangkan faktor sosial mencakup pengamatan murid terhadap
perilaku orang tuanya. Jadi menurut Bandura antara faktor kognitif/person,
faktor lingkungan dan faktor perilaku mempengaruhi satu sama lain dan faktor-faktor
ini bisa saling berinteraksi untuk mempengaruhi pembelajaran. Faktor kognitif
mencakup ekspektasi, keyakinan, strategi, pemikiran dan kecerdasan.
5. Kurt Lewin
Yang juga merupakan tokoh teori belajar kognitif adalah Kurt Lewin
yang menyatakan tentang teori belajar medan kognitif (cognitive-field learning
theory). Seperti yang di jelaskan oleh Nana Sudjana dalam bukunya yang
menjelaskan bahwa dalam teori belajar medan kognitif, “belajar didefinisikan
sebagai proses interaksional dimana pribadi menjangkau wawasan-wawasan baru dan
atau merubah sesuatu yang lama”(1991:97). Hal ini berarti bahwa seseorang harus
peduli dengan diri mereka sendiri dan juga dengan orang lain, dengan belajar
secara afektif sehingga diharapkan mereka atau seorang guru bisa mengerti dengan
dirinya sendiri dan dapat melaksanakan tugas dengan lebih baik selain itu juga
mengembangkan sistem psikologis yang bermanfaat dalam berurusan dengan
anak-anak dan pemuda dalam situasi belajar.
D.
Pandangan
Teori Kognitivisme terhadap Belajar Mengajar dan Pembelajaran
Teori kognitif adalah teori yang umumnya
dikaitkan dengan proses belajar. Kognisi adalah kemampuan psikis atau mental
manusia yang berupa mengamati, melihat, menyangka, memperhatikan, menduga dan
menilai. Dengan kata lain, kognisi menunjuk pada konsep tentang pengenalan.
Teori kognitif menyatakan bahwa proses belajar terjadi karena adavariabel
penghalang pada aspek-aspek kognisi seseorang. Teori belajar kognitiv lebih
mementingkan proses belajar daripada hasil belajar itu sendiri. Belajar tidak
sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon, lebih dari itu belajar
melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Belajar adalah perubahan
persepsi dan pemahaman. Perubahan persepsi dan pemahaman tidak selalu berbentuk
perubahan tingkah laku yang bisa diamati. Dari beberapa teori belajar kognitif
diatas (khususnya tiga di penjelasan awal) dapat pemakalah ambil sebuah sintesis
bahwa masing masing teori memiliki kelebihan dan kelemahan jika diterapkan
dalam dunia pendidikan juga pembelajaran. Jika keseluruhan teori diatas
memiliki kesamaan yang sama-sama dalam ranah psikologi kognitif, maka disisi
lain juga memiliki perbedaan jika diaplikasikan dalam proses pendidikan.
Teori bermakna ausubel dan discovery Learningnya
bruner memiliki sisi pembeda. Dari sudut pandang Teori belajar Bermakna Ausubel
memandang bahwa justru ada bahaya jika siswa yang kurang mahir dalam suatu hal
mendapat penanganan dengan teori belajar discoveri, karena siswa cenderung
diberi kebebasan untuk mengkonstruksi sendiri pemahaman tentang segala sesuatu.
Oleh karenanya menurut teori belajar Bermakna guru tetap berfungsi sentral
sebatas membantu mengkoordinasikan pengalaman-pengalaman yang hendak diterima
oleh siswa namun tetap dengan koridor pembelajaran yang bermakna. Dari poin
diatas dapat pemakalah ambil garis tengah bahwa beberapa teori belajar kognitif
diatas, meskipun sama-sama mengedepankan proses berpikir, tidak serta merta
dapat diaplikasikan pada konteks pembelajaran secara menyeluruh. Terlebih untuk
menyesuaikan teori belajar kognitif ini dengan kompleksitas proses dansistem
pembelajaran sekarang maka harus benar-benar diperhatikan antarakarakter
masing-masing teori dan kemudian disesuakan dengan tingkatan pendidikan maupun
karakteristik peserta didiknya.
E. Aplikasi dan
Implikasi Teori Kognitivistik dalam Dunia Pendidikan
1.
Aplikasi
Teori Belajar Kognitif
Teori
belajar kognitif bias di aplikasikan kedalam konsentrasi belajar apa saja
karena sebenarnya dasar dari teori tersebut ada 3 hal yaitu :
1)
Belajar akan
lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta
didik
2)
Peserta
didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek
fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh
pertanyaan dari guru
3)
Guru
hendaknya banyak mermberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau
berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal
dari lingkungan.
2.
Implikasi
dalam belajar
1)
Bahasa dan
cara berfikir siswa berbeda dengan dewasa. Oleh karena itu guru menhgajar
dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir siswa
2)
Siswa-siswa
akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan yang baik. Guru
harus membantu siswa agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.
3)
Bahan yang
harus dipelajari siswa hendaknyadirasakan baru tetapi tidak asing
4)
Berikan
peluang agar siwa belajar sesuai bertahap
5)
Didalam
kelas, siswa hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan
teman-temannya.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Teori kognitif adalah teori yang umumnya
dikaitkan dengan proses belajar. Kognisi adalah kemampuan psikis atau mental
manusia yang berupa mengamati, melihat, menyangka, memperhatikan, menduga dan
menilai. Dengan kata lain, kognisi menunjuk pada konsep tentang pengenalan.
Adapun teori yang tekenal antara lain:
1.
Jean Piaget, teorinya disebut
“Cognitive Developmental” yang Dalam teorinya,
Piaget memandang bahwa proses berpikir sebagai aktivitas gradual dari fungsi
intelektual dari konkret menuju abstrak,
2.
Teori Perkembangan Kognitif, dikembangkan oleh
Bruner, yang dimana Burner memandang perkembangan kognitif manusia berkaitan
dengan kebudayaan. Bagi Bruner, perkembangan kognitif seseorang sangat
dipengaruhi oleh lingkungan kebudayaan, terutama bahasa yang biasanya
digunakan.
3.
Teori Perkembangan Kognitif, dikembangkan oleh
Ausebel, yang mengatakan bahwa siswa akan belajar dengan baik jika isi
pelajarannya didefinisikan dan kemudian dipresentasikan dengan baik dan tepat
kepada siswa (advanced organizer), dengan demikian akan mempengaruhi pengaturan
kemampuan belajar siswa.
DAFTAR
PUSTAKA
http://edukasi.kompasiana.com/2011/10/24/teori-belajar-kognitivisme-406223.html
http://www.al-alauddin.com/2012/05/teori-belajar-kognitivisme-dan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar