Wikipedia

Hasil penelusuran

Jumat, 26 April 2013

Tugas Mahasiswa STAIMUS (Teori Belajar Behavioristik)




MAKALAH
Teori Belajar Kognitivisme

Disusun untuk memenuhi tugas dari mata kuliah
Teknologi Pendidikan






Disusun Oleh :
1.      Wahyu Widiyati               (02.7849)
2.      Imas Septyani Guntur     (02.8047)
3.      Novita Susanti                 (02.8055)
4.      Sulasih                              (02.8148)
5.      Istianah                            (02.8149)
6.      Umi Hani’ah                     (02.8183)
7.      Triningsih Karimah         (02.8184)
8.      Fauzun Nurish S              (02.9369)


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MAMBA’UL ULUM SURAKARTA (STAIMUS)
TARBIYAH
2013





BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
      Istilah “Cognitive” berasal dari kata cognition artinya adalah pengertian, mengerti. Pengertian yang luasnya cognition (kognisi) adalah perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan. Dalam perkembangan selanjutnya, kemudian istilah kognitif ini menjadi populer sebagai salah satu wilayah psikologi manusia /satu konsep umum yang mencakup semua bentuk pengenalan yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan masalah pemahaman, memperhatikan, memberikan, menyangka, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, pertimbangan, membayangkan, memperkirakan, berpikir dan keyakinan. Termasuk kejiwaan yang berpusat di otak ini juga berhubungan dengan konasi (kehendak) dan afeksi (perasaan) yang bertalian dengan rasa. Menurut para ahli jiwa aliran kognitifis, tingkah laku seseorang itu senantiasa didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi.

B.      Rumusan Masalah
1.      Apakah yang dimaksud dengan Teori Kognitivisme?
2.      Bagaimanakah Pandangan Teori Kognitivisme terhadap Belajar Mengajar dan Pembelajaran?
3.      Bagaimanakah Aplikasi dan Implikasi Teori Kognitivisme dalam Pendidikan?


BAB II
PEMBAHASAN
A.     Pengertian Teori Kognitivisme
Teori kognitif adalah teori yang umumnya dikaitkan dengan proses belajar. Kognitif adalah kemampuan psikis atau mental manusia yang berupa mengamati, melihat, menyangka, memperhatikan, menduga dan menilai. Dengan kata lain, kognitif menunjuk pada konsep tentang pengenalan. Teori kognitif menyatakan bahwa proses belajar terjadi karena ada variabel penghalang pada aspek-aspek kognitif seseorang. Teori belajar kognitiv lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajar itu sendiri. Belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon, lebih dari itu belajar melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks.
Belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman. Perubahan persepsi dan pemahaman tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang bias diamati. Dari beberapa teori belajar kognitif diatas (khusunya tiga dipenjelasan awal) dapat pemakalah ambil sebuah sintesis bahwa masing-masing teori memiliki kelebihan dan kelemahan jika diterapkan dalam dunia pendidikan juga pembelajaran. Jika keseluruhan teori diatas memiliki kesamaan yang sama-sama dalam ranah psikologi kognitif, maka disisi lain juga memiliki perbedaan jika diaplikasikan dalam proses pendidikan. Sebagai misal, Teori bermakna ausubel dan discovery Learningnya bruner memiliki sisi pembeda. Dari sudut pandang Teori belajar Bermakna Ausubel memandang bahwa justru ada bahaya jika siswa yang kurang mahir dalam suatu hal mendapat penanganan dengan teori belajar discoveri, karena siswa cenderung diberi kebebasan untuk mengkonstruksi sendiri pemahaman tentang segala sesuatu. Oleh karenanya menurut teori belajar Bermakna guru tetap berfungsi sentral sebatas membantu mengkoordinasikan pengalaman-pengalaman yang hendak diterima oleh siswa namun tetap dengan koridor pembelajaran yang bermakna.
Dari poin diatas dapat pemakalah ambil garis tengah bahwa beberapa teori belajar kognitif diatas, meskipun sama-sama mengedepankan proses berpikir, tidak serta merta dapat diaplikasikan pada konteks pembelajaran secara menyeluruh. Terlebih untuk menyesuaikan teori belajar kognitif ini dengan kompleksitas proses dan sistem pembelajaran sekarang maka harus benar-benar diperhatikan antara karakter masing-masing teori dan kemudian disesuaikan dengan tingkatan pendidikan maupun karakteristik peserta didiknya.
B.     Peranan Model Kognitivisme dalam Pembelajaran
1.       Belajar : Belajar kognitif
Karakteristik Teori :
Belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman. Perubahan persepsi dan pemahaman tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang bisa diamati. Setiap orang telah mempunyai pengalaman dan pengetahuan didalam dirinya.
2.       Belajar : Kognitif Bruner
Karakteristik Teori :
Model ini sangat membebaskan peserta didik untuk belajar sendiri. Teori ini mengarahkan peserta didik untuk belajar secara discovery learning.
Langkah penerapan dalam pembelajaran :
1)     Menentukan tujuan-tujuan instruksional
2)     Memilih materi pelajaran
3)     Menentukan topik-topik yang akan dipeserta didik
4)     Mencari contoh-contoh, tugas, ilustrasi dsbnya,  yang dapat digunakan peserta didik untuk bahan belajar
5)     Mengatur topik peserta didik dari konsep yang paling kongkrit ke yang abstrak, dari yang sederhana ke kompleks
6)     Mengevaluasi proses dan hasil belajar
3.       Belajar : Bermakna Ausubel
Karakteristik Teori :
Dalam aplikasinya menuntut peserta didik belajar secara deduktif (dari umum ke khusus) dan lebih mementingkan aspek struktur kognitif peserta didik.
Langkah penerapan dalam pembelajaran :
1)     Menentukan tujuan-tujuan instruksional
2)     Mengukur kesiapan peserta didik (minat, kemampuan, struktur kognitif) baik melalui tes awal, interview, pertanyaan dll.
3)     Memilih materi pelajaran dan mengaturnya dalam bentuk penyajian konsep-konsep kunci
4)     Mengidentifikasikan prinsip-prinsip yang harus dikuasai peserta didik dari materi tsb.
5)     Menyajikan suatu pandangan secara menyeluruh tentang apa yang harus dikuasai peserta didik.
6)     Membuat dan menggunakan "advanced organizer" paling tidak dengan cara membuat rangkuman terhadap materi yang baru disajikan, dilengkapi dengan uraian singkat yang menunjukkan relevansi (keterkaitan) materi yang sudah diberikan dengan yang akan diberikan.
7)     Mengajar peserta didik untuk memahami konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang sudah ditentukan dengan memberi fokus pada hubungan yang terjalin antara konsep yang ada
8)     Mengevaluasi proses dan hasil belajar

C.      Tokoh – tokoh Teori Belajar Kognitif
Tokoh-tokoh aliran kognitif di antaranya adalah Thorndike, Watson, Clark L. Hull, Edwin Guthrie, dan Skinner. Berikut akan dibahas karya-karya para tokoh aliran kognitivisme, antara lain:
1.     Piaget
Menurut Piaget dalam buku “Teknologi Pembelajaran” dari Drs. Bambang Warsita (2008:69) yang menjelaskan bahwa perkembangan kognitif merupakan suatu prosess genetika yaitu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis yaitu perkembangan sistem syaraf. Dalam buku “Psikologi Pendidikan” karya Wasty Soemanto (1997:123) yang menyatakan teori belajar piaget disebut cognitive-development yang memandang bahwa proses berfikir sebagai aktivitas gradual dari pada fungsi intelektual dari kongkrit. Belajar terdiri dari tiga tahapan yaitu : asimilasi, akomodasi dan equilibrasi. Piaget juga mengemukakan bahwa proses belajar harus disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif yang dilalui siswa. Proses belajar yang dialami seorang anak berbeda pada tahap satu tahap lainnya yang secara umum semakin tinggi tingkat kognitif seseorang maka semakin teratur dan juga semakin abstrak cara berpikirnya. Oleh karena itu guru seharusnya memahami tahap-tahap perkembangan kognitif anak didiknya serta memberikan isi, metode, media pembelajaran yang sesuai dengan tahapannya.
Langkah-langkah pembelajaran dalam merancang pembelajaran menurut Piaget, antara lain:
1)     menentukan tujuan pembelajaran;
2)     memilih materi pembelajaran;
3)     menentukan topik-topik yang dapat dipelajari oleh peserta didik;
4)     menentukan dan merancang kegiatan pembelajaran sesuai topik;
5)     mengembangkan metode pembelajaran;
6)     melakukan penilaian proses dan hasil peserta didik.
2.     David Ausubel
Menurut Ausubel dalam buku karya Drs. Bambang Warsita bahwa “belajar haruslah bermakna, materi yang dipelajari diasimilasi secara nonarbitrer dan berhubungan dengan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya”(2008:72). Hal ini berari bahwa pembelajaran bermakna merupakan suatu proses yang dikaitkan dengan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif peserta didik. Dimana Proses belajar tidak sekedar menghafal konsep-konsep atau fakta-fakta saja, tetapi merupakan kegiatan yang menghubungkan konsep-konsep untuk menghasilkan pemahaman yang utuh sehingga konsep yang dipelajari akan dipahami secara baik dan tidak mudah dilupakan. Jadi guru harus menjadi perancang pembelajaran dan pengembang program pembelajaran dengan berusaha mengetahui dan menggali konsep-konsep yang dimiliki peserta didik dan membantu memadukan secara harmonis dengan pengetahuan baru yang dipelajari.
Langkah-langkah pembelajaran bermakna menurut Ausebel, dalam merancang pembelajaran antara lain:
1)     menentukan tujuan pembelajaran;
2)     melakukan identifikasi peserta didik;
3)     memilih materi pembelajaran sesuai karakteristik peserta didik dan mengaturnya dalam bentuk konsep inti;
4)     menentukan topik peserta didik dalam bentuk advance organizers;
5)     mengembangkan bahan belajar untuk dipelajari peserta didik;
6)     mengatur topik pembelajaran dari yang sederhana ke kompleks;
7)     melakukan penilaian proses dan hasil belajar peserta didik.

3.     Jerome Bruner
Berdasarkan Drs. Wasty Soemanto (1997:127) dan Drs. Bambang warsita (2008:71) dimana Jarome Bruner mengusulkana teori yang disebutnya free discovery learning. Teori ini bertitik tolak pada teori kognitif, yang menyatakan belajar adalah perubahan persepsi dan pemahan. Maksudnya, teori ini menjelaskan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu aturan termasuk konsep, teori, ide, definisi dan sebagainya melalui contoh-contoh yang menggambarkan atau mewakili aturan yang menjadi sumbernya.
Keuntungan belajar menemukan : Menimbulkan rasa ingin tahu siswa sehingga dapat memotivasi siswa sehingga dapat menemukan jawabannya. Menimbulkan keterampilan memecahkan masalahnya secara mandiri dan mengharuskan siswa untuk menganalisis dan memanipulasi informasi. Menurut Burner ada tiga tahap perkembangan kognitif seseorang yang ditentukan oleh cara melihat lingkungan, antara lain: tahap pertama enaktif yaitu peserta didik melakukan aktivitas dalam usaha memahami lingkungan; tahap kedua, ikonik yaitu peserta didik melihat dunia melalui gambar dan visualisasi verbal; tahap yang ketiga, simbolok yaitu peserta didik mempunyai gagasan abstrak dimana komunikasi dibantu sistem simbolik.
Langkah-langkah pembelajaran dalam merancang pembelajaran menurut Bruner antara lain:
1)     menentukan tujuan pembelajaran;
2)     melakukan identifikasi peserta didik;
3)     memilih materi pembelajaran;
4)     menentukan topik secara induktif;
5)     mengembangkan bahan belajar untuk dipelajari peserta didik;
6)     mengatur topik pembelajaran dari yang sederhana ke kompleks;
7)     melakukan penilaian proses dan hasil belajar peserta didik.
4.     Albert Bandura
Bandura berpendapat tentang teori kognitif sosial. Seperti yang dijelaskan dalam buku karya John W. Santrock (2007:285) yang menyatakan bahwa teori Kognitif Sosial (Social Cognitive Theory) merupakan faktor sosial dan kognitif dan juga faktor perilaku, memainkan peran penting dalam pembelajaran. Hal ini berarti bahwa faktor kognitif berupa ekspektasi murid untuk meraih keberhasilan sedangkan faktor sosial mencakup pengamatan murid terhadap perilaku orang tuanya. Jadi menurut Bandura antara faktor kognitif/person, faktor lingkungan dan faktor perilaku mempengaruhi satu sama lain dan faktor-faktor ini bisa saling berinteraksi untuk mempengaruhi pembelajaran. Faktor kognitif mencakup ekspektasi, keyakinan, strategi, pemikiran dan kecerdasan.
5.     Kurt Lewin
Yang juga merupakan tokoh teori belajar kognitif adalah Kurt Lewin yang menyatakan tentang teori belajar medan kognitif (cognitive-field learning theory). Seperti yang di jelaskan oleh Nana Sudjana dalam bukunya yang menjelaskan bahwa dalam teori belajar medan kognitif, “belajar didefinisikan sebagai proses interaksional dimana pribadi menjangkau wawasan-wawasan baru dan atau merubah sesuatu yang lama”(1991:97). Hal ini berarti bahwa seseorang harus peduli dengan diri mereka sendiri dan juga dengan orang lain, dengan belajar secara afektif sehingga diharapkan mereka atau seorang guru bisa mengerti dengan dirinya sendiri dan dapat melaksanakan tugas dengan lebih baik selain itu juga mengembangkan sistem psikologis yang bermanfaat dalam berurusan dengan anak-anak dan pemuda dalam situasi belajar.

D.     Pandangan Teori Kognitivisme terhadap Belajar Mengajar dan Pembelajaran

Teori kognitif adalah teori yang umumnya dikaitkan dengan proses belajar. Kognisi adalah kemampuan psikis atau mental manusia yang berupa mengamati, melihat, menyangka, memperhatikan, menduga dan menilai. Dengan kata lain, kognisi menunjuk pada konsep tentang pengenalan. Teori kognitif menyatakan bahwa proses belajar terjadi karena adavariabel penghalang pada aspek-aspek kognisi seseorang. Teori belajar kognitiv lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajar itu sendiri. Belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon, lebih dari itu belajar melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman. Perubahan persepsi dan pemahaman tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang bisa diamati. Dari beberapa teori belajar kognitif diatas (khususnya tiga di penjelasan awal) dapat pemakalah ambil sebuah sintesis bahwa masing masing teori memiliki kelebihan dan kelemahan jika diterapkan dalam dunia pendidikan juga pembelajaran. Jika keseluruhan teori diatas memiliki kesamaan yang sama-sama dalam ranah psikologi kognitif, maka disisi lain juga memiliki perbedaan jika diaplikasikan dalam proses pendidikan.
 Teori bermakna ausubel dan discovery Learningnya bruner memiliki sisi pembeda. Dari sudut pandang Teori belajar Bermakna Ausubel memandang bahwa justru ada bahaya jika siswa yang kurang mahir dalam suatu hal mendapat penanganan dengan teori belajar discoveri, karena siswa cenderung diberi kebebasan untuk mengkonstruksi sendiri pemahaman tentang segala sesuatu. Oleh karenanya menurut teori belajar Bermakna guru tetap berfungsi sentral sebatas membantu mengkoordinasikan pengalaman-pengalaman yang hendak diterima oleh siswa namun tetap dengan koridor pembelajaran yang bermakna. Dari poin diatas dapat pemakalah ambil garis tengah bahwa beberapa teori belajar kognitif diatas, meskipun sama-sama mengedepankan proses berpikir, tidak serta merta dapat diaplikasikan pada konteks pembelajaran secara menyeluruh. Terlebih untuk menyesuaikan teori belajar kognitif ini dengan kompleksitas proses dansistem pembelajaran sekarang maka harus benar-benar diperhatikan antarakarakter masing-masing teori dan kemudian disesuakan dengan tingkatan pendidikan maupun karakteristik peserta didiknya.
E.      Aplikasi dan Implikasi Teori Kognitivistik dalam Dunia Pendidikan
1.        Aplikasi Teori Belajar Kognitif
Teori belajar kognitif bias di aplikasikan kedalam konsentrasi belajar apa saja karena sebenarnya dasar dari teori tersebut ada 3 hal yaitu :
1)     Belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik
2)     Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan  dari guru
3)     Guru hendaknya banyak mermberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan.
2.        Implikasi dalam belajar
1)     Bahasa dan cara berfikir siswa berbeda dengan dewasa. Oleh karena itu guru menhgajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir siswa
2)     Siswa-siswa akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan yang baik. Guru harus membantu siswa agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.
3)     Bahan yang harus dipelajari siswa hendaknyadirasakan baru tetapi tidak asing
4)     Berikan peluang agar siwa belajar sesuai bertahap
5)     Didalam kelas, siswa hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temannya.


BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
     Teori kognitif adalah teori yang umumnya dikaitkan dengan proses belajar. Kognisi adalah kemampuan psikis atau mental manusia yang berupa mengamati, melihat, menyangka, memperhatikan, menduga dan menilai. Dengan kata lain, kognisi menunjuk pada konsep tentang pengenalan. Adapun teori yang tekenal antara lain:
1.    Jean Piaget, teorinya disebut “Cognitive Developmental” yang Dalam teorinya, Piaget memandang bahwa proses berpikir sebagai aktivitas gradual dari fungsi intelektual dari konkret menuju abstrak,
2.    Teori Perkembangan Kognitif, dikembangkan oleh Bruner, yang dimana Burner memandang perkembangan kognitif manusia berkaitan dengan kebudayaan. Bagi Bruner, perkembangan kognitif seseorang sangat dipengaruhi oleh lingkungan kebudayaan, terutama bahasa yang biasanya digunakan.
3.    Teori Perkembangan Kognitif, dikembangkan oleh Ausebel, yang mengatakan bahwa siswa akan belajar dengan baik jika isi pelajarannya didefinisikan dan kemudian dipresentasikan dengan baik dan tepat kepada siswa (advanced organizer), dengan demikian akan mempengaruhi pengaturan kemampuan belajar siswa.




DAFTAR PUSTAKA
http://edukasi.kompasiana.com/2011/10/24/teori-belajar-kognitivisme-406223.html
http://www.al-alauddin.com/2012/05/teori-belajar-kognitivisme-dan.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar