TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISME
Disusun Oleh :
2.
02.7832
4.
02.7858
5.
MUTHI’AH
AL QOYYIMAH 02.7861
7.
HILDAN NEOVINTA
A.G. 02.8198
SEMESTER : VI
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM MAMBAUL ‘ULUM SURAKARTA
2013
BAB I
PENDAHULUAN
Upaya membangun sumber daya manusia
ditentukan oleh karakteristik manusia dan masyarakat masa depan yang
dikehendaki. Karakteristik manusia masa depan yang dikehendaki tersebut adalah
manusia-manusia yang memiliki kepekaan, kemandirian, tanggung jawab terhadap
resiko dalam mengambil keputusan, mengembangkan segenap aspek potensi melalui
proses belajar yang terus menerus untuk menemukan diri sendiri dan menjadi diri
sendiri yaitu suatu proses … (to) learn to be. Mampu melakukan
kolaborasi dalam memecahkan masalah yang luas dan kompleks bagi kelestarian dan
kejayaan bangsanya.
Langkah strategis bagi perwujudan
tujuan diatas adalah adanya layanan ahli kependidikan yang berhasil guna dan
berdaya guna tinggi. Penerapan ajaran tut wuri handayani merupakan wujud
nyata yang bermakna bagi manusia masa kini dalam rangka menjemput masa depan.
Untuk melaksanakannya diperlukan penanganan yang memberikan perhatian terhadap
aspek strategis pendekatan yang tepat memusatkan perhatian pada terbentuknya
manusia masa depan yang memiliki karakteristik diatas. Kajian terhadap teori
belajar konstruktivistik dalam kegiatan belajar dan pembelajaran memungkinkan
menuju kepada tujuan tersebut.
Untuk memperbaiki pendidikan
terlebih dahulu harus mengetahui bagaimana manusia belajar dan bagaimana cara
mengajarnya. Kedua kegiatan tersebut dalam rangka memahami cara manusia
mengkonstruksi pengetahuannya tentang objek-objek dan peristiwa-peristiwa yang
dijumpai selama kehidupannya. Manusia akan mencari dan menggunakan hal-hal atau
peralatan yang dapat membantu memahami pengalamannya. Demikian juga, manusia
akan mengkonstruksi dan membentuk pengetahuan mereka sendiri. Pengetahuan
seseorang merupakan konstruksi dari dirinya. Oleh karena itu dalam makalah ini
akan dibahas tentang teori belajar konstruktivistik, berikut kaitannya dengan belajar
mengajar dan implikasinya dalam pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
dan Karakteristik Teori-teori
Konstruktivisme
berasal dari kata “to construct” yang artinya membangun atau menyusun. Dalam konteks filsafat pendidikan, konstruktivisme
adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern. Teori Konstruktivisme didefinisikan
sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu
tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari.
Konstruktivisme merupakan
landasan berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu bahwa pengetahuan
dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui
konteks yang tebatas. Konstruktivisme lebih memahami belajar sebagai kegiatan
manusia membangun atau menciptakan pengetahuan dengan memberi makna pada
pengetahuannya sesuai dengan pengalamannya.
Konstruktivisme adalah sebuah
teori yang memberikan kebebasan terhadap manusia yang ingin belajar dan mencari
kebutuhannya dengan kemampuan untuk menemukan keinginan dan kebutuhannya
tersebut dengan bantuan fasilitas orang lain. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
teori belajar konstruktivisme adalah
teori yang memberikan keaktifan terhadap manusia untuk belajar menemukan
sendiri kompetensi, pengetahuan atau teknologi, dan hal lain yang diperlukan
guna mengembangkan dirinya sendiri.
B. Tokoh-tokoh
Teori Konstruktivisme
1. Jean
Piaget
Jean Piaget dikenal sebagai
konstruktivis pertama. Ia menegaskan bahwa penekanan teori kontruktivisme pada
proses untuk menemukan teori atau pengetahuan yang dibangun dari realitas
lapangan. Peran guru dalam pembelajaran menurut teori kontruktivisme adalah
sebagai fasilitator atau moderator. Pandangan tentang anak dari kalangan
konstruktivistik yang lebih mutakhir yang dikembangkan dari teori belajar
kognitif. Piaget menyatakan bahwa ilmu pengetahuan dibangun dalam pikiran
seorang anak dengan kegiatan asimilasi dan akomodasi sesuai dengan skemata
yang dimilikinya. Skema/skemata adalah struktur kognitif yang dengannya
seseorang beradaptasi dan terus mengalami perkembangan mental dalam
interaksinya dengan lingkungan. Skema juga berfungsi sebagai kategori-kategori
utnuk mengidentifikasikan rangsangan yang datang, dan terus berkembang. Menurut
Piaget, proses penyempurnaan skema dilakukan melalui proses asimilasi dan
akomodasi. Asimilasi adalah proses kognitif perubahan skema yang tetap
mempertahankan konsep awalnya, hanya menambah atau merinci sedangkan akomodasi
adalah proses pembentukan skema atau karena konsep awal sudah tidak cocok lagi.
Equilibrasi adalah keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi sehingga
seseorang dapat menyatukan pengalaman luar dengan struktur dalamya (skemata).
2. Vygotsky
Pendapat
Vygotsky berdasarkan pada dua ide utama. Pertama perkembangan intelektual dapat
dipahami hanya bila ditinjau dari konteks historis dan budaya pengalaman anak.
Kedua, perkembangan bergantung pada system-sistem isyarat mengacu pada
simbol-simbol yang diciptakan oleh budaya untuk membantu orang berpikir,
berkomunikasi, dan memecahkan masalah, sehingga demikian perkembangan kognitif
anak mensyaratkan sistem komunikasi budaya dan belajar, menggunakan
sistem-sistem ini untuk menyesuaikan proses-proses berpikir sendiri.
C. Pandangan
Teori Konstruktivisme Terhadap Belajar Mengajar dan Pembelajaran
Dalam belajar mengajar,
menurut teori belajar konstruktivisme pengetahuan tidak dapat dipindahkan
begitu saja dari pikiran guru ke pikiran siswa. Artinya, bahwa siswa harus
aktif secara mental membangun struktur pengetahuannya berdasarkan kematangan
kognitif yang dimilikinya. Dengan kata lain, siswa tidak diharapkan seperti
botol-botol kecil yang siap diisi dengan berbagai ilmu pengetahuan sesuai
dengan kehendak guru.
Kegiatan
belajar lebih dipandang dari segi prosesnya dari pada segi perolehan
pengetahuan dari fakta-fakta yang terlepas-lepas. Belajar merupakan suatu
proses pembentukan pengetahuan. Pembentukan ini harus dilakukan oleh siswa.
Siswa harus aktif melakukan kegiatan, aktif berfikir, menyusun konsep dan
memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Guru memang dapat dan
harus mengambil prakarsa untuk menata lingkungan yang memberi peluang optimal
bagi terjadinya belajar. Namun yang akhirnya paling menentukan terwujudnya
gejala belajar adalah niat belajar siswa sendiri. Dengan istilah lain, dapat
dikatakan bahwa hakekatnya kendali belajar sepenuhnya ada pada siswa.
Teori
belajar ini memandang siswa sebagai pribadi yang sudah memiliki kemampuan awal
sebelum mempelajari sesuatu. Kemampuan awal tersebut akan menjadi dasar dalam
mengkonstruksi pengetahuan yang baru. Oleh sebab itu meskipun kemampuan awal
tersebut masih sangat sederhana atau tidak sesuai dengan pendapat guru,
sebaiknya diterima dan dijadikan dasar pembelajaran dan pembimbingan. Guru atau
pendidik berperan membantu agar proses pengkonstruksian pengetahuan oleh siswa
berjalan lancar. Guru hanya membantu siswa untuk membentuk pengetahuannya
sendiri. Guru dituntut lebih memahami jalan pikiran atau cara pandang siswa
dalam belajar. Guru tidak dapat mengklaim bahwa satu-satunya cara yang tepat
adalah yang sama dan sesuai dengan kemauannya.
Pembelajaran yang mengacu
kepada teori belajar konstruktivisme lebih memfokuskan pada kesuksesan siswa
dalam mengorganisasikan pengalaman mereka. Bukan kepatuhan siswa dalam refleksi
atas apa yang telah diperintahkan dan dilakukan oleh guru. Dengan kata lain,
siswa lebih diutamakan untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuan mereka.
Terdapat beberapa prinsip-prinsip
konstruktivisme yang diterapkan dalam belajar mengajar antara lain :
1. Pengetahuan
dibangun oleh siswa sendiri.
2. Pengetahuan
tidak dapat dipindahkan dari guru ke murid, kecuali hanya dengan keaktifan
murid sendiri untuk menalar.
3. Murid aktif
megkontruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep
ilmiah
4. Guru sekedar
membantu menyediakan saran dan situasi agar proses kontruksi berjalan lancar.
5. Menghadapi
masalah yang relevan dengan siswa
6. Struktur
pembelajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan
7. Mencari dan
menilai pendapat siswa
8. Menyesuaikan
kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa
9. Guru tidak
boleh hanya semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa namun siswa harus
membangun pengetahuan didalam benaknya sendiri.
D. Implikasi
Teori Konstruktivisme Dalam Pembelajaran
Implikasi dari teori belajar
konstruktivisme dalam pendidikan anak adalah sebagai berikut :
1. Tujuan pendidikan menurut teori belajar
konstruktivisme adalah menghasilkan individu atau anak yang memiliki kemampuan
berfikir untuk menyelesaikan setiap persoalan yang dihadapi.
2. Kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga
terjadi situasi yang memungkinkan pengetahuan dan keterampilan dapat
dikonstruksi oleh peserta didik.
3. Peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat
menemukan cara belajar yang sesuai bagi dirinya. Guru hanyalah berfungsi
sebagai mediator, fasilitator, dan teman yang membuat situasi yang kondusif
untuk terjadinya konstruksi pengetahuan pada diri peserta didik.
Implikasi penerapan teori belajar konstruktivisme
dalam kelas :
1. Mendorong kemandirian
dan inisiatif siswa dalam belajar
Dengan menghargai gagasan-gagasan atau pemikiran siswa serta
mendorong siswa berpikir mandiri, berarti guru membantu siswa menemukan
identitas intelektual mereka. Para siswa yang merumuskan pertanyaan-pertanyaan
dan kemudian menganalisis serta menjawabnya berarti telah mengembangkan
tanggung jawab terhadap proses belajar mereka sendiri serta menjadi pemecah
masalah (problem solver)
2. Memberikan kesempatan
kepada siswa untuk merespon ketika guru mengajukan pertanyaan terbuka.
Berfikir reflektif memerlukan waktu yang cukup dan seringkali atas
dasar gagasan-gagasan dan komentar orang lain. Cara-cara guru mengajukan
pertanyaan dan cara siswa merespon atau menjawabnya akan mendorong siswa mampu
membangun keberhasilan dalam melakukan penyelidikan
3. Mendorong
siswa agar berpikir tingkat tinggi
Siswa menjadi tertantang untuk mampu menjangkau hal-hal yang berada
di balik respon-respon faktual yang sederhana. Guru mendorong siswa untuk
menghubungkan dan merangkum konsep-konsep melalui analisis, prediksi,
justifikasi, dan mempertahankan gagasan-gagasan atau pemikirannya.
4. Siswa terlibat secara
aktif dalam dialog atau diskusi dengan guru dan siswa lainnya
Dialog dan diskusi yang merupakan interaksi
sosial dalam kelas yang bersifat intensif sangat membantu siswa untuk mampu
mengubah atau menguatkan gagasan-gagasannya. Jika mereka memiliki kesempatan
untuk mengemukakan apa yang mereka pikirkan dan mendengarkan gagasan-gagasan
orang lain, maka mereka akan mampu membangun pengetahuannya sendiri yang
didasarkan atas pemahaman mereka sendiri. Jika mereka merasa aman dan nyaman
untuk mengemukakan gagasannya maka akan terjadi dialog yang sangat bermakna.
5. Siswa terlibat dalam
pengalaman yang menantang dan mendorong terjadinya diskusi.
Jika diberi kesempatan untuk membuat berbagai
macam prediksi, seringkali siswa menghasilkan berbagai hipotesis. Guru dapat
memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk menguji hipotesis yang
mereka buat, terutama melalui diskusi kelompok dan pengalaman nyata.
6. Guru memberikan data
mentah, sumber-sumber utama, dan materi-materi interaktif.
Para siswa dapat terlibat dalam pengamatan sehingga siswa mampu
menganalisisnya dalam dunia nyata. Guru membantu para siswa untuk menghasilkan
abstraksi atau pemikiran-pemikiran tentang pengamatan tersebut secara
bersama-sama.
BAB III
KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas
maka dapat diambil kesimpulan, antara lain :
1. Teori
kontruktivisme adalah sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu
tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari.
2. Teoti Konstruktivisme adalah teori
yang memberikan keaktifan terhadap manusia untuk belajar menemukan sendiri
kompetensi, pengetahuan atau teknologi, dan hal lain yang diperlukan guna
mengembangkan dirinya sendiri.
3. Teori
konstruktivistik merupakan pengembangan dari teori belajar kognitif.
4. Peran guru
dalam pembelajaran menurut teori kontruktivisme adalah sebagai fasilitator atau
moderator.
DAFTAR PUSTAKA
Raka Joni, T., (1990). Cara
Belajar Siswa Aktif: CBSA: Artikulasi Konseptual, Jabaran Operasional, dan
Verivikasi Empirik. Pusat Penelitian IKIP Malang.
Paul Suparno, (1996). Konstruktivisme
dan Dampaknya terhadap Pendidikan. Kompas
Usman,Khairul.Implementasi Model Teori Konstrutivisme.
Tugas yang bagus, sudah mencantumkan sumber referensi yang berupa buku. Kenapa ada beberapa anggota kelompok yg tidak ada nama ???
BalasHapusTerima kasih dan mohon maaf atas kekeliruannya bu...kami revisi lagi daftar anggota yang belum tercantum sebagai berikut :
BalasHapus1. AZHARI SEKAR PRATIWI (02. 8049)
2. SAYUTI (02. 7831)
4. AINUR FARIDA (02. 7838)