Wikipedia

Hasil penelusuran

Jumat, 26 April 2013

Tugas Mahasiswa STAIMUS Teori Belajar Konstruktivisme


TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISME
Tugas Mata Kuliah Teknologi Pendidikan



Disusun Oleh :
                                   1.                                                                       02.7827
                                   2.                                                                       02.7832
                                   3.      PUTRI ANA SARI                                 02.7835
                                   4.                                                                       02.7858
                                   5.      MUTHI’AH AL QOYYIMAH               02.7861
                                   6.      LAILA  RACHMAWATI                        02.7862
                                   7.      HILDAN NEOVINTA A.G.                   02.8198

                SEMESTER  :  VI 

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MAMBAUL ‘ULUM SURAKARTA
2013


BAB I
PENDAHULUAN
Upaya membangun sumber daya manusia ditentukan oleh karakteristik manusia dan masyarakat masa depan yang dikehendaki. Karakteristik manusia masa depan yang dikehendaki tersebut adalah manusia-manusia yang memiliki kepekaan, kemandirian, tanggung jawab terhadap resiko dalam mengambil keputusan, mengembangkan segenap aspek potensi melalui proses belajar yang terus menerus untuk menemukan diri sendiri dan menjadi diri sendiri yaitu suatu proses … (to) learn to be. Mampu melakukan kolaborasi dalam memecahkan masalah yang luas dan kompleks bagi kelestarian dan kejayaan bangsanya.
Langkah strategis bagi perwujudan tujuan diatas adalah adanya layanan ahli kependidikan yang berhasil guna dan berdaya guna tinggi. Penerapan ajaran tut wuri handayani merupakan wujud nyata yang bermakna bagi manusia masa kini dalam rangka menjemput masa depan. Untuk melaksanakannya diperlukan penanganan yang memberikan perhatian terhadap aspek strategis pendekatan yang tepat memusatkan perhatian pada terbentuknya manusia masa depan yang memiliki karakteristik diatas. Kajian terhadap teori belajar konstruktivistik dalam kegiatan belajar dan pembelajaran memungkinkan menuju kepada tujuan tersebut.
Untuk memperbaiki pendidikan terlebih dahulu harus mengetahui bagaimana manusia belajar dan bagaimana cara mengajarnya. Kedua kegiatan tersebut dalam rangka memahami cara manusia mengkonstruksi pengetahuannya tentang objek-objek dan peristiwa-peristiwa yang dijumpai selama kehidupannya. Manusia akan mencari dan menggunakan hal-hal atau peralatan yang dapat membantu memahami pengalamannya. Demikian juga, manusia akan mengkonstruksi dan membentuk pengetahuan mereka sendiri. Pengetahuan seseorang merupakan konstruksi dari dirinya. Oleh karena itu dalam makalah ini akan dibahas tentang teori belajar konstruktivistik, berikut kaitannya dengan belajar mengajar dan implikasinya dalam pembelajaran.


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian dan Karakteristik Teori-teori
Konstruktivisme berasal dari kata “to construct” yang artinya membangun atau menyusun. Dalam konteks filsafat pendidikan, konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern. Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari.
Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang tebatas. Konstruktivisme lebih memahami belajar sebagai kegiatan manusia membangun atau menciptakan pengetahuan dengan memberi makna pada pengetahuannya sesuai dengan pengalamannya.
Konstruktivisme adalah sebuah teori yang memberikan kebebasan terhadap manusia yang ingin belajar dan mencari kebutuhannya dengan kemampuan untuk menemukan keinginan dan kebutuhannya tersebut dengan bantuan fasilitas orang lain. Sehingga dapat disimpulkan bahwa teori  belajar konstruktivisme adalah teori yang memberikan keaktifan terhadap manusia untuk belajar menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan atau teknologi, dan hal lain yang diperlukan guna mengembangkan dirinya sendiri. 

B.     Tokoh-tokoh Teori Konstruktivisme
1.      Jean Piaget
Jean Piaget dikenal sebagai konstruktivis pertama. Ia menegaskan bahwa penekanan teori kontruktivisme pada proses untuk menemukan teori atau pengetahuan yang dibangun dari realitas lapangan. Peran guru dalam pembelajaran menurut teori kontruktivisme adalah sebagai fasilitator atau moderator. Pandangan tentang anak dari kalangan konstruktivistik yang lebih mutakhir yang dikembangkan dari teori belajar kognitif. Piaget menyatakan bahwa ilmu pengetahuan dibangun dalam pikiran seorang anak dengan kegiatan asimilasi dan akomodasi sesuai dengan skemata yang dimilikinya. Skema/skemata adalah struktur kognitif yang dengannya seseorang beradaptasi dan terus mengalami perkembangan mental dalam interaksinya dengan lingkungan. Skema juga berfungsi sebagai kategori-kategori utnuk mengidentifikasikan rangsangan yang datang, dan terus berkembang. Menurut Piaget, proses penyempurnaan skema dilakukan melalui proses asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah proses kognitif perubahan skema yang tetap mempertahankan konsep awalnya, hanya menambah atau merinci sedangkan akomodasi adalah proses pembentukan skema atau karena konsep awal sudah tidak cocok lagi. Equilibrasi adalah keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi sehingga seseorang dapat menyatukan pengalaman luar dengan struktur dalamya (skemata).

2.      Vygotsky
Pendapat Vygotsky berdasarkan pada dua ide utama. Pertama perkembangan intelektual dapat dipahami hanya bila ditinjau dari konteks historis dan budaya pengalaman anak. Kedua, perkembangan bergantung pada system-sistem isyarat mengacu pada simbol-simbol yang diciptakan oleh budaya untuk membantu orang berpikir, berkomunikasi, dan memecahkan masalah, sehingga demikian perkembangan kognitif anak mensyaratkan sistem komunikasi budaya dan belajar, menggunakan sistem-sistem ini untuk menyesuaikan proses-proses berpikir sendiri.

C.     Pandangan Teori Konstruktivisme Terhadap Belajar Mengajar dan Pembelajaran
Dalam belajar mengajar, menurut teori belajar konstruktivisme pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari pikiran guru ke pikiran siswa. Artinya, bahwa siswa harus aktif secara mental membangun struktur pengetahuannya berdasarkan kematangan kognitif yang dimilikinya. Dengan kata lain, siswa tidak diharapkan seperti botol-botol kecil yang siap diisi dengan berbagai ilmu pengetahuan sesuai dengan kehendak guru.
Kegiatan belajar lebih dipandang dari segi prosesnya dari pada segi perolehan pengetahuan dari fakta-fakta yang terlepas-lepas. Belajar merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan. Pembentukan ini harus dilakukan oleh siswa. Siswa harus aktif melakukan kegiatan, aktif berfikir, menyusun konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Guru memang dapat dan harus mengambil prakarsa untuk menata lingkungan yang memberi peluang optimal bagi terjadinya belajar. Namun yang akhirnya paling menentukan terwujudnya gejala belajar adalah niat belajar siswa sendiri. Dengan istilah lain, dapat dikatakan bahwa hakekatnya kendali belajar sepenuhnya ada pada siswa.
Teori belajar ini memandang siswa sebagai pribadi yang sudah memiliki kemampuan awal sebelum mempelajari sesuatu. Kemampuan awal tersebut akan menjadi dasar dalam mengkonstruksi pengetahuan yang baru. Oleh sebab itu meskipun kemampuan awal tersebut masih sangat sederhana atau tidak sesuai dengan pendapat guru, sebaiknya diterima dan dijadikan dasar pembelajaran dan pembimbingan. Guru atau pendidik berperan membantu agar proses pengkonstruksian pengetahuan oleh siswa berjalan lancar. Guru hanya membantu siswa untuk membentuk pengetahuannya sendiri. Guru dituntut lebih memahami jalan pikiran atau cara pandang siswa dalam belajar. Guru tidak dapat mengklaim bahwa satu-satunya cara yang tepat adalah yang sama dan sesuai dengan kemauannya.
Pembelajaran yang mengacu kepada teori belajar konstruktivisme lebih memfokuskan pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman mereka. Bukan kepatuhan siswa dalam refleksi atas apa yang telah diperintahkan dan dilakukan oleh guru. Dengan kata lain, siswa lebih diutamakan untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuan mereka.
Terdapat beberapa prinsip-prinsip konstruktivisme yang diterapkan dalam belajar mengajar antara lain :
1.      Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri.
2.      Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke murid, kecuali hanya dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar.
3.      Murid aktif megkontruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep ilmiah
4.      Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses kontruksi berjalan lancar.
5.      Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa
6.      Struktur pembelajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan
7.      Mencari dan menilai pendapat siswa
8.      Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa
9.      Guru tidak boleh hanya semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa namun siswa harus membangun pengetahuan didalam benaknya sendiri.

D.    Implikasi Teori Konstruktivisme Dalam Pembelajaran
Implikasi dari teori belajar konstruktivisme dalam pendidikan anak adalah sebagai berikut :
1.      Tujuan pendidikan menurut teori belajar konstruktivisme adalah menghasilkan individu atau anak yang memiliki kemampuan berfikir untuk menyelesaikan setiap persoalan yang dihadapi.
2.      Kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi situasi yang memungkinkan pengetahuan dan keterampilan dapat dikonstruksi oleh peserta didik.
3.      Peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang sesuai bagi dirinya. Guru hanyalah berfungsi sebagai mediator, fasilitator, dan teman yang membuat situasi yang kondusif untuk terjadinya konstruksi pengetahuan pada diri peserta didik.
Implikasi penerapan teori belajar konstruktivisme dalam kelas :
1.      Mendorong kemandirian dan inisiatif siswa dalam belajar
Dengan menghargai gagasan-gagasan atau pemikiran siswa serta mendorong siswa berpikir mandiri, berarti guru membantu siswa menemukan identitas intelektual mereka. Para siswa yang merumuskan pertanyaan-pertanyaan dan kemudian menganalisis serta menjawabnya berarti telah mengembangkan tanggung jawab terhadap proses belajar mereka sendiri serta menjadi pemecah masalah (problem solver)
2.      Memberikan kesempatan kepada siswa untuk merespon ketika guru mengajukan pertanyaan terbuka.
Berfikir reflektif memerlukan waktu yang cukup dan seringkali atas dasar gagasan-gagasan dan komentar orang lain. Cara-cara guru mengajukan pertanyaan dan cara siswa merespon atau menjawabnya akan mendorong siswa mampu membangun keberhasilan dalam melakukan penyelidikan
3.      Mendorong siswa agar berpikir tingkat tinggi
Siswa menjadi tertantang untuk mampu menjangkau hal-hal yang berada di balik respon-respon faktual yang sederhana. Guru mendorong siswa untuk menghubungkan dan merangkum konsep-konsep melalui analisis, prediksi, justifikasi, dan mempertahankan gagasan-gagasan atau pemikirannya.
4.      Siswa terlibat secara aktif dalam dialog atau diskusi dengan guru dan siswa lainnya
Dialog dan diskusi yang merupakan interaksi sosial dalam kelas yang bersifat intensif sangat membantu siswa untuk mampu mengubah atau menguatkan gagasan-gagasannya. Jika mereka memiliki kesempatan untuk mengemukakan apa yang mereka pikirkan dan mendengarkan gagasan-gagasan orang lain, maka mereka akan mampu membangun pengetahuannya sendiri yang didasarkan atas pemahaman mereka sendiri. Jika mereka merasa aman dan nyaman untuk mengemukakan gagasannya maka akan terjadi dialog yang sangat bermakna.
5.      Siswa terlibat dalam pengalaman yang menantang dan mendorong terjadinya diskusi.
Jika diberi kesempatan untuk membuat berbagai macam prediksi, seringkali siswa menghasilkan berbagai hipotesis. Guru dapat memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk menguji hipotesis yang mereka buat, terutama melalui diskusi kelompok dan pengalaman nyata.
6.      Guru memberikan data mentah, sumber-sumber utama, dan materi-materi interaktif.
Para siswa dapat terlibat dalam pengamatan sehingga siswa mampu menganalisisnya dalam dunia nyata. Guru membantu para siswa untuk menghasilkan abstraksi atau pemikiran-pemikiran tentang pengamatan tersebut secara bersama-sama.

BAB III
KESIMPULAN

Dari pembahasan di atas maka dapat diambil kesimpulan, antara lain :
1.      Teori kontruktivisme adalah sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari.
2.      Teoti Konstruktivisme adalah teori yang memberikan keaktifan terhadap manusia untuk belajar menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan atau teknologi, dan hal lain yang diperlukan guna mengembangkan dirinya sendiri.
3.      Teori konstruktivistik merupakan pengembangan dari teori belajar kognitif.
4.      Peran guru dalam pembelajaran menurut teori kontruktivisme adalah sebagai fasilitator atau moderator.


DAFTAR PUSTAKA

Raka Joni, T., (1990). Cara Belajar Siswa Aktif: CBSA: Artikulasi Konseptual, Jabaran Operasional, dan Verivikasi Empirik. Pusat Penelitian IKIP Malang.
Paul Suparno, (1996). Konstruktivisme dan Dampaknya terhadap Pendidikan. Kompas
Usman,Khairul.Implementasi Model Teori Konstrutivisme.


2 komentar:

  1. Tugas yang bagus, sudah mencantumkan sumber referensi yang berupa buku. Kenapa ada beberapa anggota kelompok yg tidak ada nama ???

    BalasHapus
  2. Terima kasih dan mohon maaf atas kekeliruannya bu...kami revisi lagi daftar anggota yang belum tercantum sebagai berikut :

    1. AZHARI SEKAR PRATIWI (02. 8049)
    2. SAYUTI (02. 7831)
    4. AINUR FARIDA (02. 7838)

    BalasHapus